URstyle

Museum Dalam Penjara Pertama Indonesia Ada di Malang

Nunung Nasikhah, Jumat, 10 Juli 2020 15.29 | Waktu baca 4 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Museum Dalam Penjara Pertama Indonesia Ada di Malang
Image: Museum Pendjara Lowokwaroe. (Instagram @lapaskelas1malang)

Malang – Puluhan barang peninggalan zaman Belanda seperti sepeda kayuh hingga kendaraan truk yang digunakan untuk mengangkut napi pada jaman dahulu disimpan secara apik dalam sebuah museum yang berada di dalam penjara.

Ya, Museum Pendjara Lowokwaroe ini bisa dibilang cukup unik karena lokasinya yang berada di dalam area penjara tepatnya di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas I Malang yang dulunya bernama Penjara Lowokwaru, Kota Malang.

Museum nyeleneh ini bahkan digadang-gadang merupakan museum pertama di Indonesia yang berada di dalam penjara.

Lapas kelas I Lowokwaru ini memang memiliki nilai sejarah yang kental. Pada periode 1921 – 1964, tempat ini pernah menjadi tempat para pejuang kemerdekaan diinterogasi pada zaman penjajahan Jepang. Sementara pada periode 1964 – 1987, lapas tersebut dialihfungsikan menjadi tempat pembinaan narapidana.

Tempat mengoleksi barang bersejarah ini berada di salah satu sudut Lapas yang memanfaatkan bangunan tandon air peninggalan era Belanda, tepatnya pada tahun 1918.

Pihak Lapas secara swadaya menciptakan museum unik ini dengan mengajak sejumlah warga binaan atau narapidana.

Secara gotong royong, mereka menata beberapa barang sejarah seperti halnya kuali yang memiliki berat sekitar 1,2 ton yang ada di depan museum dan pada tahun 1970 lalu yang digunakan untuk memasak makanan bagi warga binaan di Lapas tersebut.

Selain itu, ada juga benda-benda bersejarah lain seperti mesin ketik manual, genset, alat pintal tenun dan foto-foto aktivitas petugas lapas.

Di sebelah kiri museum juga dipajang dua unit truk yang kala itu digunakan sebagai transportasi untuk mengangkut para tahanan.

Museum tersebut diresmikan oleh Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM) Jawa Timur, Krismono pada pertengahan Juni lalu.

1594369843-MUSEUMLAPAS-(2).jpegBarang antik di Museum Pendjara Lowokwaroe. (Instagram @lapaskelas1malang)
 

Kepala Lapas 1 Malang, Anak Agung Gde Krisna, museum ini dihadirkan sebagai media pembelajaran untuk mengenang sejarah pada masa lalu.  

“Ini jadi pelajaran, dulu dengan peralatan yang seadanya, pelayanan bisa baik. Apalagi sekarang peralatan sudah semakin canggih, harus lebih baik lagi. Jadi kami mengumpulkan benda sejarah,” ungkap Gde Krisna.

“Kami minta semua lapas kalau ada benda sejarah tidak terawat bisa dikumpulkan di sini,” imbuhnya.

Gde Krisna mengatakan, selain truck, di dalamnya juga ada mobil untuk memutasi napi, sepeda ontel untuk patroli, alat tenun, mesin jahit serta barang foto-foto peninggalan sejarah.

Benda sejarah yang paling tua di Museum Pendjara Lowokwaroe ini berumur 70 tahun yakni meja kantor pertama Kalapas yang ada sejak tahun 1950.

Gde Krisna juga berencana menjadikan Museum Pendjara Lowokwaroe sebagai wisata untuk masyarakat umum, sehingga tidak hanya bisa dinikmati oleh penghuni lapas, namun juga masyarakat di luar itu.

Namun, mengingat masih dalam masa pandemi COVID-19, museum ini untuk sementara waktu belum dibuka untuk umum, sebab dikhawatirkan akan menjadi pemicu merebaknya virus corona.

“Tak hanya warga binaan, nantinya masyarakat umum, khususnya pelajar dapat berkunjung ke tempat ini,” ucapnya.

“Akan dicantolkan (sepaket) dengan di Ngajum, jadi kumpul di museum kemudian nanti akan diangkut ke ngajum dan silakan keliling di sana,” lanjutnya.

Di museum ini, para pengunjung tidak hanya dapat melihat-lihat benda sejarah, namun juga mengetahui kehidupan di penjara.

Sementara itu, Kakanwil KemenkumHAM Jatim, Krismono, mengaku sangat mengapreasi inovasi dari Lapas Lowokwaru ini. Ia juga mengatakan bahwa musem di dalam lapas baru ia temui di Malang.

“Kami apresiasi museum karena kita jangan lupakan sejarah. Di sini banyak peninggalan Belanda masih ada,” tandas pria yang juga mantan Kalapas Malang periode 2015-2018 ini.

“Kemudian juga sebagai wahana edukasi, anak -anak sekolah ke sini bisa tahu penjara seperti apa. Bisa untuk umum. Bisa juga jadi taman rekreasi,” sambungnya.

Hingga saat ini pihak lapas masih terus mencari dan mengumpulkan barang bersejarah lainnya. Mereka juga melakukan penataan sebaik mungkin agar museum menjadi lebih menarik dan layak untuk dikunjungi.

Di samping itu, koleksi dalam museum ini nantinya juga akan dikolaborasikan dengan sejumlah barang peninggalan lain milik lapas yang ada di kawasan Kecamatan Ngajum, Kabupaten Malang melalui program sarana asimilasi edukasi.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait