URnews

AirNav Jelaskan Kronologi Lengkap Jatuhnya Sriwijaya Air SJ 182

Nivita Saldyni, Kamis, 4 Februari 2021 14.49 | Waktu baca 3 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
AirNav Jelaskan Kronologi Lengkap Jatuhnya Sriwijaya Air SJ 182
Image: Kotak hitam Sriwijaya Air SJ 182 berhasil ditemukan sekitar pukul 15.00 WIB, Selasa (12/1). (Screenshot Instagram @tni_angkatan_laut)

Jakarta - Penyebab pasti jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ 182 di perairan Kepulauan Seribu, Sabtu (9/1/2021) masih menjadi teka-teki. Penyelidikan pun masih terus dilakukan untuk menemukan kebenarannya.

Komisi V DPR RI juga baru saja melakukan Rapat Kerja dengan Menteri Perhubungan (Menhub), sekaligus Rapat Dengar Pendapat dengan Kepala BMKG, Kepala BNPP, Kepala KNKT, Dirut AirNav Indonesia, dan Dirut Maskapai Penerbangan Nasional untuk untuk membahas musibah jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ 182, Rabu (3/2/2021).

Dalam Rapat Dengar Pendapat tersebut, Direktur Utama Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Indonesia (AirNav Indonesia), Pramintohadi Sukarno pun membeberkan kronologi jatuhnya pesawat SJ-182. Ia mengatakan, sejak takeoff dari Bandara Soekarno-Hatta (Soetta) pesawat tak melaporkan keanehan pada pesawat. 

"Pada pukul 14.36 WIB, Sriwijaya Air SJ 182 takeoff dari runaway 25. Setelahmelewati ketinggian 1.700 kaki menghubungi Jakarta approach di frekuensi 179 Mhz dan diinstruksikan controller untuk naik ke ketinggian 29.000 kaki, mengikuti prosedur SID atau standar alur keberangkatan," kata Pramintohadi.

Di tengah proses menuju 29.000 kaki, pilot SJ-182 meminta arah 0,75 derajat pada ATC dengan alasan cuaca. Dan permintaan itu pun disetujui. Komunikasi juga masih berjalan lancar.

"Pukul 14.38 WIB melewati ketinggian 7.900 kaki. SJ-182 meminta arah 0,75 derajat kepada ATC karena alasan cuaca. Diizinkan oleh ATC dan diinstruksikan naik ke ketinggian 11.000 kaki. Dijawab oleh pilot, clear," imbuhnya.

Kemudian, ATC mengarahkan pesawat untuk naik ke ketinggian 11.000 kaki karena pada ketinggian yang sama, ada satu pesawat yang akan melintas dengan tujuan yang sama, yaitu ke Pontianak.

"Kami minta naik ke ketinggian 11.000 kaki karena pada ketinggian yang sama ada pesawat dalam posisi yang sama yang akan terbang juga ke Pontianak, yaitu Air Asia," jelasnya.

"Selama proses dari 14.36 - 14.39 WIB, tidak ada laporan pesawat dalam kondisi tidak normal. Jadi ini semua berlangsung dengan normal," tegasnya.

Namun kejanggalan mulai terjadi pada pukul 14.39 WIB. Saat itu, pesawat yang harusnya ke arah kanan di posisi 0,75 derajat, malah belok ke kiri.

"Kemudian di pukul 14.39 WIB Sriwijaya 182 terpantau di layar radar ATC berbelok ke kiri, ke Barat Laut, yang seharusnya ke arah kanan di posisi 0,75 derajat," kata Pramintohadi.

"Kemudian di pukul 14.40 WIB, controller melakukan konfirmasi arah SJ-182, namun tidak ada respons dan diikuti target hilang dari layar radar," lanjutnya.

Menanggapi keanehan tersebut, ATC pun berusaha untuk memanggil pesawat. Namun panggilan itu tak dijawab, pesawat SJ 182 tak lagi memberikan respons.

"ATC berusaha memanggil berulang kali sampai 11 kali. Kemudian dibantu oleh beberapa penerbangan lain, di antaranya Garuda untuk mencoba melakukan komunikasi dengan SJ-182, namun tidak ada respons," tutupnya.

Itulah kronologi lengkap yang terjadi mulai pesawat takeoff di pukul 14.36 WIB hingga pesawat hilang kontak pada 14.40 WIB. 

Kronologi itu tak jauh berbeda dengan apa yang dikatakan Kepala KNKT Soerjanto Thahjono dalam rapat tersebut. Namun berdasarkan trajectory pesawat SJ-182 diketahui bahwa pesawat jatuh saat berbelok ke kiri.

"Setelah menerima instruksi ATC untuk tetap bertahan di 11.000 kaki, maka pilot merubah mode sistem autopilot dari LNAV dan VNAV menjadi mengikuti pemilihan yang dilakukan oleh pilot, yaitu dikenal dengan heading selector. Selanjutnya, pesawat mulai berbelok ke kiri secara perlahan sampai akhirnya pesawat menukik ke bawah dan membentur permukaan laut," jelasnya.

Namun hingga saat ini ia belum bisa memberikan kesimpulan. Sebab, KNKT masih melakukan penelitian dari beberapa komponen pesawat yang telah ditemukan dan sedang diteliti di Amerika Serikat dan Inggris. Nah dari situlah nanti bisa ditemukan komponen pesawat mana yang rusak dan mengakibatkan kecelakaan.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait