URnews

Pencitraan vs Personal Branding, Apa yang Beda?

Romanio Bahama Lazuardy, Selasa, 25 Mei 2021 12.04 | Waktu baca 4 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Pencitraan vs Personal Branding, Apa yang Beda?
Image: Ilustrasi branding. (istimewa)

Jakarta - Kita kerap melihat berbagai sosok yang baik, penuh tanggung jawab, hingga peduli sesama saat pesta politik sedang berlangsung. Sedemikian usaha dilakukan oleh seseorang tersebut guna mendapatkan dukungan bagi kepentingan dan kemenangan orang tersebut.

Hal diatas merupakan sebuah tindakan pencitraan. Tidak ada yang salah dengan tindakan pencitraan, namun karena biasanya pencitraan berlangsung hanya sesaat, banyak yang mengkonotasikan tindakan pencitraan kepada hal yang negatif.

Orang yang kerap kali “membungkus” diri dengan pencitraan, suatu saat akan mengalami keletihan dalam menutupi jati dirinya yang asli. Contohnya, mungkin sebagian dari kita pernah melihat selebriti yang tertangkap kamera berbuat yang tidak menyenangkan di depan publik. Padahal publik mengetahui bahwa selebriti tersebut diberitakan bukan orang yang seperti itu.

Keletihan itulah yang mungkin membuat seseorang menunjukkan jati dirinya sehingga tidak sejalan dengan apa yang dicitrakan selama ini.

Perbedaan mendasar personal branding dengan pencitraan

Namun bagaimana dengan personal branding? Meskipun personal branding dengan pencitraan memiliki beberapa kesamaan, namun nilai yang diberikannya jauh berbeda. Meski sama-sama membentuk kesan kepada publik, personal branding lebih menekankan kepada kompetensi yang dimiliki terlebih dahulu.

Menurut Indari Mastuti, pendiri Indscript Personal Branding Agency pertama, “pencitraan kerapkali menutupi kekurangan atau melebih-lebihkan apa yang dimiliki seseorang. Sedangkan personal branding adalah proses memunculkan seseorang dari keunikan yang dia miliki.”

Membangun personal branding dilakukan dalam waktu relatif lebih lama ketimbang pencitraan. Selain itu dibutuhkan konsistensi dari usaha dengan hasil yang lebih konkret, dan terencana dengan tujuan akhir yang lebih jelas.

Contohnya adalah jika kita melakukan personal branding guna membangun kesan sebagai karyawan yang baik dan layak untuk dipertimbangkan untuk mendapatkan jabatan atau penghasilan yang lebih tinggi.

Kita perlu memiliki rencana usaha apa saja yang harus dilakukan untuk meningkatkan kinerja dan pengalaman. Kesan positif akan terbangun dengan sendirinya seiring dengan kinerja baik yang telah ditunjukkan.

Disinilah yang membedakan dengan pencitraan. Umumnya pencitraan tidak dibarengi dengan kompetensi yang baik, sehingga acap kali pencitraan dianggap sebuah kebohongan publik semata.

Cara meningkatkan personal branding

1. Cari tahu siapa kita

Dalam pembentukan personal branding yang akurat, kita harus mengetahui kekuatan dan kelemahan diri kita sendiri. Untuk menemukan kekuatan diri kita sudah tentu mudah, namun bagaimana dengan kekurangan kita? Bila menemui kesulitan dalam menentukan kekurangan kita, cobalah bertanya pada keluarga, teman, atau rekan kerja bagaimana mereka mendeskripsikan kekurangan kita.

2. Fokus pada apa yang dikuasai

Setelah mengetahui siapa diri kita, fokuslah pada keahlian yang kita miliki atau minat yang kita gemari. Bagaimana menentukan apa yang kita mintai? Coba renungkan, apakah suatu hal yang kita jalan tersebut memberikan dampak beban untuk kita ataukah kita menjalaninya tanpa beban? Jika tidak, itulah hal yang kita minati.

3. Riset hal yang ingin Kita kuasai dan ikuti ahlinya

Setelah menentukan minat, maka kuasailah. Kini sumber informasi telah “bertebaran” dimana-mana, tinggal bagaimana kita dapat memanfaatkan hal tersebut atau tidak.

“Telan” segala informasi yang berkaitan dengan hal yang kita kuasai, sehingga kita dipenuhi wawasan untuk menghadapi segala permasalahan yang akan ditemui. Selain itu, kita tidak dapat naik ke puncak tanpa menginventarisasi siapa yang sudah ada di sana. Carilah panutan yang dapat menuntun kita untuk menggapai kesuksesan.

4. Tentukan audiensi

Sebelum kita mulai membuat personal branding, kita juga perlu menentukan siapa yang ingin kita jangkau. Misalnya, jika tujuan kita adalah menjangkau manajer perekrutan dan perekrut, kita dapat mulai dengan membuat atau memperbarui profil LinkedIn kita.

Jika kita adalah seorang desainer grafis yang mencoba mengesankan klien yang ada dan menarik pelanggan baru, kita dapat memilih untuk menceritakan kisah kita melalui situs web atau portofolio pribadi, di mana kita dapat mengekspresikan berbagai bakat kita dengan lebih baik.

5. Memperluas jaringan

Saat kita mengembangkan personal branding yang ideal, penting untuk membangun jaringan secara teratur dan efektif untuk mengembangkan lingkaran profesional kita. Terhubung dengan rekan kerja dan pemikir industri dengan pergi ke acara jaringan formal dan informal adalah langkah terbaik.

Semakin banyak koneksi, semakin banyak nilai yang dapat kita berikan dalam interaksi dan semakin besar pula kemungkinan personal branding kita akan dikenali.

6. Ingat, personal branding tidak hanya dilakukan pada dunia maya saja

Personal branding yang kita bangun lebih dari sekedar hanya pesona di dunia maya saja. Personal branding yang kita jalani haruslah menyatu saat kita sendiri dirumah, berangkat ke tempat kerja, hingga kembali kerumah.

Kepemimpinan berasal dari bagaimana berperilaku, bagaimana bertindak, dan bagaimana berinteraksi dengan orang, itu adalah kepemimpinan yang nyata.

 

**) Penulis merupakan Pranata Humas Badan Informasi Geospasial.

**) Tulisan ini merupakan tanggung jawab penulis secara pribadi, bukan pandangan Urbanasia

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait