URnews

WHO Nilai Strategi ‘Zero COVID’ Tidak Efektif, Begini Bantahan Cina 

Rizqi Rajendra, Kamis, 12 Mei 2022 18.51 | Waktu baca 2 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
WHO Nilai Strategi ‘Zero COVID’ Tidak Efektif, Begini Bantahan Cina 
Image: Foto ilustrasi: unsplash

Jakarta - Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus melayangkan kritik kepada Cina terkait strategi zero COVID-19 di negara itu.

Menurutnya, kebijakan tersebut tidak berkelanjutan serta kurang efektif mengingat perilaku dari virus COVID-19 yang dapat menyebar dengan cepat dan selalu bermutasi.

"Kami tidak berpikir itu bisa dilakukan berkelanjutan, mengingat perilaku virus dan apa yang sekarang kami antisipasi di masa depan," kata Tedros dalam konferensi pers, dikutip Reuters, Rabu (11/5/2022).

"Kami telah mendiskusikan masalah ini dengan para ahli di Cina dan kami mengindikasikan bahwa pendekatan tersebut (zero COVID-19) tidak akan berkelanjutan. Saya pikir perubahan akan sangat penting," lanjutnya.

Merespons kritikan dari WHO, Cina justru membantah dan menyebut bahwa pernyataan Dirjen WHO itu tidak bertanggung jawab.

Pihak otoritas Cina mengatakan, seharusnya WHO dapat melihat strategi zero COVID-19 itu secara lebih menyeluruh dan rasional tanpa mengesampingkan fakta di lapangan.

"Kami berharap individu yang relevan dapat melihat kebijakan zero COVID di Cina secara objektif dan rasional dan mengetahui fakta, daripada membuat pernyataan yang tidak bertanggung jawab," kata juru bicara Zhao Lijian.

Para pemimpin di Cina bahkan mengancam akan mengambil tindakan terhadap para pengkritik kebijakan tersebut, karena menurut mereka, hal itu mengutamakan kehidupan masyarakat.

Lalu, Apa Itu Strategi Zero COVID-19? 

Melansir Reuters, kebijakan zero COVID-19 adalah penguncian area (lockdown) pada populasi yang besar oleh pihak berwenang Cina untuk mengurangi penyebaran virus COVID-19.

Penguncian ini dilakukan bahkan ketika hanya ditemukan sedikit orang yang terpapar COVID-19 dalam satu wilayah.

Kebijakan zero COVID-19 juga menuai kritik baik dari kalangan warga maupun para ilmuwan di Cina, karena mengakibatkan jutaan orang yang sehat lainnya ikut terkena dampak lockdown.

Kebijakan karantina tersebut juga kerap memisahkan banyak anak-anak dari orangtuanya untuk waktu yang lama. Bahkan, kebijakan itu mencampurkan orang positif COVID-19 tanpa gejala dengan orang yang bergejala.

Di Shanghai misalnya, sebagai salah satu kota terbesar di China, penduduknya harus menjalani karantina yang ketat dan hanya boleh keluar untuk alasan darurat medis. Bahkan tidak diizinkan keluar dari pintu depan rumah mereka untuk sekedar berbaur dengan tetangga.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait