URnews

Pemerintah Sambut Baik Investasi Baja Korea Selatan Rp 52,2 Triliun

Ahmad Sidik, Jumat, 29 Juli 2022 10.43 | Waktu baca 3 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Pemerintah Sambut Baik Investasi Baja Korea Selatan Rp 52,2 Triliun
Image: Menteri BUMN Erick Thohir (Foto: Instagram/@kementerianbumn)

Jakarta - Minat investasi produsen baja asal Korea Selatan, Posco disambut baik Pemerintah Indonesia dengan harapan mampu memperkokoh ekosistem baja nasional yang terintegrasi. Diketahui perusahaan itu akan menanamkan modal sebesar 3,5 miliar dolar AS atau sekitar Rp 52,2 triliun.

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menilai investasi dari Posco akan semakin memperkuat visi PT Krakatau Posco, perusahaan gabungan antara PT Krakatau Steel dan Posco, untuk menjadi pemain baja terbesar di Asia Tenggara.

"MoU ini menjadi satu langkah nyata BUMN dalam mendukung penguatan ekosistem industri baja dan otomotif di Indonesia," kata Erick, mengutip laman Antara, Jumat (29/7/2022).

Dengan itu, Presiden Joko Widodo bersama Erick Thohir, pada Kamis (28/7/2022) menyaksikan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara Menteri Investasi Bahlil Lahadalia, Direktur Utama Krakatau Steel Silmy Karim, dengan Direktur Utama Posco Kim Hag Dong di Seoul, Korea Selatan.

Erick mengatakan nilai investasi itu akan terwujud dalam bentuk peningkatan kapasitas produksi baja otomotif untuk industri kendaraan listrik, termasuk proyek Ibu Kota Nusantara.

Dia menganggap Posco tahu bahwa Indonesia memiliki sumber daya alam besar untuk pengembangan industri kendaraan listrik, ditambah ceruk pasar yang juga besar serta memberikan peluang bagi Indonesia untuk menjadi pemain global dalam industri baja.

Selain itu, Posco juga melihat keberhasilan Krakatau Steel dalam membalikkan kondisi perusahaan dari rugi menjadi untung, dari perusahaan konvensional menjadi modern, serta mampu menekan impor dan memperkuat ketahanan bangsa.

"Posco mengapresiasi langkah transformasi Krakatau Steel melalui restrukturisasi utang, perbaikan arus kas, efisiensi, dan proses bisnis yang baik," ujarnya.

Peningkatan kerja sama investasi ini bagi Erick tak sekadar memperkuat daya saing BUMN saja, melainkan juga mampu menjadi katalisator pertumbuhan ekonomi.

Erick berambisi BUMN bisa menjadi garda terdepan dalam peningkatan ekonomi dan pembukaan lapangan kerja bagi masyarakat, mengingat sepertiga kekuatan ekonomi Indonesia ada pada BUMN.

"Tentu tidak akan ada artinya jika sumber daya alam dan market kita yang besar tapi tidak berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi dan pembukaan lapangan kerja. Ini yang menjadi komitmen bersama antara Krakatau Steel dan Posco," terang Erick.

Di sisi lain, pemerintah Indonesia juga membuka peluang bagi Korea Selatan untuk berinvestasi di sektor kesehatan. Indonesia serius membangun kawasan ekonomi khusus (KEK) kesehatan di Sanur, Bali, dengan dukungan penuh dari BUMN sektor rumah sakit dan farmasi.

"KEK Sanur bakal menjadi pusat wisata kesehatan dan kebugaran dengan fasilitas berstandar internasional," ucap Erick.

Tak hanya itu, pemerintah Indonesia juga membuka peluang kerja sama antara Grup Telkom dengan Korea Selatan.

Lebih lanjut Erick menuturkan bahwa Indonesia memiliki potensi ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara, dan diprediksi mencapai Rp 4.500 triliun pada 2030 atau delapan kali lebih besar dari produk domestik bruto.

"Telkom saat ini sedang fokus dalam pengembangan infrastruktur digital dan Telkomsel fokus sebagai agregator untuk konten kreatif, tentu Korea Selatan juga punya minat yang sama terkait prospek ekonomi digital," pungkas Erick.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait