URnews

Pencarian Korban Hilang Akibat Erupsi Semeru Ditargetkan 1 Minggu

Nivita Saldyni, Rabu, 8 Desember 2021 08.34 | Waktu baca 3 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Pencarian Korban Hilang Akibat Erupsi Semeru Ditargetkan 1 Minggu
Image: Posko yang didirikan oleh BNPB, BPBD, Kementerian dan Lembaga setempat untuk mendukung penanganan korban terdampak erupsi Gunung Semeru. (Dok. BPBD Provinsi Jawa Timur)

Lumajang – Tim Pencarian dan Pertolongan (SAR) gabungan terus melakukan operasi pencarian warga hilang akibat erupsi Gunung Semeru. Tim di bawah koordinasi Basarnas ini menargetkan waktu pencarian korban selama satu minggu.

Hal ini disampaikan oleh Danrem 083/Baladhika Jaya Kolonel Inf. Irwan Subekti dalam konferensi pers, Selasa (7/12/2021). Ia pun menyatakan hingga saat ini masih ada 22 orang warga yang dinyatakan hilang.

"Korban yang masih dinyatakan hilang berjumlah 22 orang. Upaya pencarian difokuskan di Kampung Renteng, Desa Sumberwuluh dan wilayah Desa Curah Kobokan," kata Irwan dalam konferensi pers, Selasa (7/12/2021).

Komandan Pos Komando (Posko) Tanggap Darurat Bencana Dampak Awan Panas Guguran Gunung Semeru itu juga menyampaikan tim gabungan sangat memperhatikan aspek keamanan dan keselamatan di lapangan dalam operasi pencarian.

“Hampir setiap hari, setiap sore rata-rata turun hujan. Upaya pencarian sangat dipengaruhi kondisi hujan di lapangan,” imbuhnya. 

Ia pun mengatakan bahwa upaya pencarian warga yang masih dinyatakan hilang akan mengoptimalkan kemampuan para personel di lapangan, yang juga dibantu dengan alat berat. Tim yang turun juga diingatkan untuk selalu mengingatkan kewaspadaan terhadap kondisi material vulkanik yang masih panas dan kondisi hujan di puncak gunung sehingga terhindar dari banjir lahar dingin.

Sementara saat ini, posko masih memprioritaskan pada operasi pencarian dan penanganan warga yang mengungsi. Terkait penambang pasir yang hilang, Irwan mengatakan pihaknya akan memastikan identitas korban yang saat ini masih dalam proses identifikasi.

"Dari jumlah korban meninggal sebanyak 34 orang, 10 di antaranya belum teridentifikasi," kata Irwan.

Sementara untuk warga yang mengungsi tercatat ada 4.250 jiwa. Mereka tersebar pada beberapa titik di Kabupaten Lumajang dan hanya ada satu titik, masing-masing di Kabupaten Malang dan Blitar. 

Dari total tersebut, Irwan merinci warga mengungsi di Kecamatan Candipuro ada sebanyak 1.733 jiwa, Pasirian 974 jiwa, Tempeh 400 jiwa, Pronojiwo 295 jiwa, Lumajang 199 jiwa, Pasrujambe 197 jiwa, Sukodono 191 jiwa, Sumbersuko 67 jiwa, Jatiroto 56 jiwa, Yosowilangun 28 jiwa, Ranuyoso 26 jiwa, Rowokangkung 16 jiwa dan Gucialit delapan jiwa.

Pengungsi Bakal dipindahkan ke Sekolah-sekolah

Pada kesempatan yang berbeda, Bupati Lumajang H. Thoriqul Haq mengatakan pihaknya tengah berupaya memberikan pelayanan kepada para penyintas secara optimal. Untuk penanganan jangka pendek, menengah dan panjang warga di tempat pengungsian, Pemkab Lumajang akan memindahkan warga yang mengungsi ke fasilitas-fasilitas pendidikan, seperti SD, SMP dan SMA di Lumajang. 

“Tempat pengungsian sekarang berada di beberapa fasilitas umum balai desa dan kecamatan, selanjutnya akan direlokasi ke sekolah. Saat ini kami sedang meng-inventaris sekolah SD, SMP dan SMA yang bisa digunakan sebagai tempat penampungan,” kata Thoriqul.

Pemilihan lokasi ini pun bukan tanpa alasan. Menurutnya, sekolah memiliki bentuk bangunannya yang terdiri dari ruang-ruang kelas yang tertutup dan lebih layak untuk ditempati.

Adapun proses relokasi pemukiman warga terdampak saat ini dalam proses identifikasi lokasi, yang diutamakan pada lahan-lahan milik pemerintah dan pemerintah daerah.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait