URguide

Pengeluaran Mahasiswa saat Pandemi, Dulu Makan Kini Kuota Internet

Healza Kurnia H, Jumat, 11 Desember 2020 20.20 | Waktu baca 3 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Pengeluaran Mahasiswa saat Pandemi, Dulu Makan Kini Kuota Internet
Image: Aksi demo yang dilakukan oleh para mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim Malang menuntut keringanan UKT. (twitter/@AlyMiftahS1)

Jakarta - Nggak hanya para karyawan kantoran yang harus bekerja dari rumah atau bahkan hingga sampai fenomena PHK, dampak dari pandemi virus corona juga membuat para mahasiswa di berbagai perguruan tinggi untuk belajar di rumah.

Lantas apakah hal ini juga ikut berdampak pada uang saku dan pengeluaran bulanan mereka? Berikut ulasannya, guys.

Berdasarkan hasil survei 'Gaya Hidup Mahasiswa Indonesia' yang dilakukan Lifepal pada triwulan IV 2020 menunjukkan bahwa terjadi penurunan jumlah uang saku dari para responden dalam survei ini. Selain itu, terdapat pula perubahan dalam penggunaan uang saku.

Survei menunjukkan bahwa 69,9% responden mengaku, uang saku yang mereka terima per bulan berasal dari pemberian orang tua. Sementara itu 9,5% lainnya berasal dari orangtua dan kerja paruh waktu, diikuti dengan pemberian orangtua dan sumber lain di angka 5,9%.

Hanya ada 1 responden dalam survei ini yang sumber uang sakunya berasal dari penghasilan kerja penuh waktu dan paruh waktu saja.  

1607692110-Pengeluaran-terbesar-sebelum-dan-saat-pandemi.jpgSumber: Pengeluaran terbesar mahasiswa sebelum dan saat pandemi. (Lifepal)

Berdasarkan kebiasaan dalam penggunaannya, 57,5% dari mahasiswa mengaku bahwa uang saku yang diterima per bulan cukup atau selalu habis terpakai tak bersisa. Sementara itu hanya 33,5% lainnya yang berhasil memiliki surplus uang saku dalam sebulan.

Sebanyak 9% responden lain mengaku bahwa uang saku yang diterima tidak cukup, atau defisit. 

Ketika uang saku yang dimiliki berlebih setelah penggunaan dalam sebulan, 65,2% dari seluruh responden memilih untuk menyimpan uang tersebut di tabungan. Hanya 22,4% dari total responden yang akhirnya memilih untuk berinvestasi dengan membeli logam mulia, surat berharga, dan instrumen lainnya. 

Sedangkan sisanya, akan menghabiskan sisa uang saku untuk kegiatan konsumtif, 7,5% untuk belanja dan 5% lainnya untuk traveling. 

Bisa dikatakan bahwa, uang saku yang diterima mahasiswa per bulan berkurang di masa pandemi. 

Sebelum pandemi tiba, sebagian besar responden (59%) mengaku bahwa mereka menerima uang saku sebesar Rp 1 hingga 3 juta per bulan. Sementara itu 29,4% lainnya menerima uang saku di bawah Rp 1 juta per bulan.

Di masa pandemi, jumlah responden yang menerima uang saku Rp 1 hingga 3 juta per bulan menurun jadi 17,6%, sementara itu 71% responden atau sebagian besarnya yang mengaku menerima uang saku di bawah Rp 1 juta per bulan.

Patut diketahui pula, sebelum pandemi COVID-19 muncul masih ada responden yang mengantongi uang saku di atas Rp 20 juta per bulan. 

Terjadi perubahan yang cukup signifikan dari cara para pelajar mahasiswa menggunakan uang sakunya selama sebulan.

Hasil survei menunjukkan bahwa, pengeluaran terbesar mahasiswa per bulan, pada masa sebelum pandemi, didominasi oleh biaya makan dan minum sehari-hari. Namun di masa pandemi, pos pengeluaran terbesar mereka adalah pulsa dan kuota internet.

Pengeluaran bulanan berupa sewa hunian (kos, apartemen, dan rumah) merupakan pengeluaran terbesar sebelum pandemi COVID-19 muncul.

Namun di masa pandemi, pengeluaran makan dan minum justru menempati posisi kedua terbesar setelah pulsa dan internet.

Hanya 2,7% responden saja yang berpendapat bahwa sewa hunian masih tetap menjadi pengeluaran terbesar mereka dalam sebulan. Fenomena ini mengindikasikan banyak mahasiswa yang akhirnya memilih pulang ke rumah orangtuanya saja.

COVID-19 juga tentunya membuat aktivitas bersosialisasi yang kerap dilakukan mahasiswa dan rekan-rekannya di tempat-tempat umum menjadi berkurang. 

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait