URnews

Polisi Sebut Tewasnya Pelajar di Jogja Bukan Klitih Tapi Tawuran

Shelly Lisdya, Rabu, 6 April 2022 10.14 | Waktu baca 2 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Polisi Sebut Tewasnya Pelajar di Jogja Bukan Klitih Tapi Tawuran
Image: Konferensi pers Polresta Jogja (@polresjogja/Instagram)

Jakarta - Polisi mengungkapkan tewasnya seorang pelajar di Kota Yogyakarta bukan bentuk kasus dari klitih. Dirreskrimum Polda DIY Kombes Pol Ade Ary Syam Indradi menyebut, pelajar kelas 2 SMA tersebut tewas akibat aksi kejahatan jalanan yang terjadi pada Minggu (3/4/2022).

Ade mengatakan, Daffa Adzin Albasith diduga meninggal dunia usai dianiaya karena terlibat tawuran saat mencari makan sahur. Ia juga menyebut, kasus tersebut diawali karena adanya proses ejek dan ketersinggungan.

"Kami imbau, mohon untuk kasus-kasus kejahatan jalanan seperti kemarin, yang secara eksplisit lebih tepatnya tawuran, karena ada proses ejek-ejekan dan proses ketersinggungan dari dua kelompok laki-laki yang sebagian merupakan orang dewasa dan sebagian anak-anak masih pelajar," kata Ade di Polresta Yogyakarta, Selasa (5/4/2022).

Lebih lanjut, Ade menjelaskan kronologinya, kala itu Daffa dan delapan rekannya berkendara dengan motor keliling ring road selatan lewat jalur cepat.

Diduga terganggu dengan suara motor Daffa dan rekannya, pengendara menyusul dan terjadi saling ejek dengan cara memainkan gas motor.

"Kelompok korban lanjut ke Jalan Imogiri. Sempat melihat ke belakang kelompok pelaku tidak membuntuti, akhirnya ke Warmindo Gedongkuning. Rekan-rekan Daffa masuk ke Warmindo dan sebagian memarkirkan motornya. Tak lama, kelompok pelaku melintas sambil 'bleyer' dan melontarkan ejekan ke Dafda dan rekannya" jelasnya.

Hal tersebut membuat Daffa dan rekannya tersinggung. Hingga kemudian mereka mengejar kelompok pelaku dengan mengendarai empat motor.

Saat dikejar, kelompok pelaku yang berjumlah lima orang pun berbalik arah dan siap menyerang kelompok korban. Dan dari situ diduga seorang kelompok pelaku turun membawa alat seperti gir diikat dengan kain.

Atas kejadian ini, Ade meminta masyarakat tidak menggunakan kata klitih dari aksi kejahatan jalanan. Pasalanya, dikatakan Ade, pengertian klitih dan kejahatan jalanan tersebut berbeda. 

"Kata klitih ini mohon tidak digunakan lagi, karena ini sudah salah kaprah. Klitih ini diartikan seharusnya kita tahu bahwa menghormati kearifan lokasi di sini, sebenarnya artinya jalan-jalan sore, mencari angin, ngobrol-ngobrol dan itu budaya yang baik. Tapi kalau kita gunakan kejahatan jalanan (atau) tawuran ini (sebagai klitih), itu berkonotasi negatif," pungkasnya.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait