URnews

Puing Roket Cina Jatuh di Dekat Maladewa, Samudera Hindia

Shelly Lisdya, Minggu, 9 Mei 2021 13.19 | Waktu baca 2 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Puing Roket Cina Jatuh di Dekat Maladewa, Samudera Hindia
Image: Roket Long March 5B. (SpaceNews)

Jakarta - Sisa-sisa roket terbesar Cina yang baru saja diluncurkan pada pekan lalu jatuh ke Bumi pada Minggu, 9 Mei 2021.

Menurut media pemerintah Cina, roket tersebut mendarat di titik koordinar 72,47 BT dan 2,65 LU, tepatnya di dekat Maladewa, Samudra Hindia.

Mengutip kantor Teknik Luar Angkasa Berawak Cina menyebutkan, bahwa sebagian besar puing-puing terbakar di atmosfer.

Sementara serpihan Roket Long March 5B yang beratnya mencapai 18 ton itu masuk ke atmosfer bumi pada pukul 2.24 GMT atau 9.24 WIB Minggu pagi.

NASA pun mengkritik kurangnya transparansi Cina atas masuknya kembali roket tersebut, dengan mengatakan negara-negara antariksa memiliki tugas untuk meminimalkan risiko terhadap orang dan properti di Bumi. 

"Jelas bahwa Cina gagal memenuhi standar yang bertanggung jawab mengenai puing-puing ruang angkasa mereka," kata administrator NASA Bill Nelson, seperti dikutip dari laman The Guardian, Minggu (9/5).

"Sangat penting bagi Cina dan semua negara antariksa dan entitas komersial untuk bertindak secara bertanggung jawab dan transparan di luar angkasa untuk memastikan keselamatan, stabilitas, keamanan, dan keberlanjutan jangka panjang aktivitas luar angkasa," tambahnya.

Komando Luar Angkasa AS mengkonfirmasi masuknya roket ke atmosfer di atas semenanjung Arab, tetapi dia mengatakan belum dapat diketahui apakah puing-puing itu menghantam daratan atau air. 

"Lokasi pasti dari dampak dan rentang puing, keduanya tidak diketahui saat ini, tidak akan dirilis oleh Komando Luar Angkasa AS," katanya dalam sebuah pernyataan. 

Pengamat luar angkasa di seluruh dunia telah mengantisipasi kedatangan roket luar angkasa Long March 5B sejak kehilangan ketinggian pekan lalu.

Kegagalan Cina untuk mengeluarkan jaminan keamanan yang kuat menjelang roket masuk kembali memicu kecemasan. Selama penerbangan roket tersebut, astrofisikawan yang berbasis di Harvard, Jonathan McDowell mengatakan kepada Reuters, bahwa zona puing potensial bisa jadi sejauh utara New York, Madrid atau Beijing, dan sejauh selatan Chili dan Wellington, Selandia Baru.

Sementara itu, otoritas AS dan Eropa telah memantau dengan cermat roket yang melaju dengan kecepatan sekitar 4,8 mil (13,7 km) per detik tersebut. Perbedaan hanya satu menit dalam waktu masuk kembali dan menjadi perbedaan ratusan mil di darat dan prediksi sebelumnya menempatkannya mendarat di lokasi dari Laut Mediterania ke Pasifik.

Long March 5B ini terdiri dari satu tahap inti dan empat booster lepas landas dari pulau Hainan di Cina pada Kamis, 29 April 2021 lalu dengan modul Tianhe tak berawak, yang akan menjadi tempat tinggal di stasiun luar angkasa permanen Cina.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait