URguide

Punya Trauma? Tenang, Itu Bukan Sepenuhnya Salahmu

Alfian Muntahanatul Ulya, Kamis, 28 Juli 2022 10.54 | Waktu baca 2 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Punya Trauma? Tenang, Itu Bukan Sepenuhnya Salahmu
Image: Ilustrasi Trauma (freepik/dashu83)

Jakarta - Setiap orang pasti memiliki trauma akibat pengalaman-pengalaman buruk yang pernah terjadi di masa lalu. Rasa trauma ini terkadang mendorong kita untuk menyalahkan diri sendiri atas semua yang terjadi.

Menurut spesialis kecerdasan emosional, Joshua Iwan Wahyudi trauma yang masih kerap menghantui sampai bukan murni kesalahan diri sendiri. 

Berikut beberapa hal yang akan menyadarkan kita bahwa trauma dan efek yang ditimbulkan bukan salah kita sepenuhnya. Simak, ya!

- Tidak Ada Orang yang Suka Punya Trauma

Kamu pasti paham bahwa tidak ada yang mau punya trauma. Pasalnya dan bahkan perasaan itu sampai mengganggu kenyamanan hidup sehari-hari. Karena biasanya, trauma menimbulkan ketakutan akan hal-hal yang menjadi pemicu trauma itu kembali.

Dengan kondisi demikian, bagaimana mungkin ada orang yang sengaja menjebloskan diri dalam rasa trauma dengan pengalaman-pengalaman yang menyedihkan atau bahkan menyakitkan?

- Trauma adalah Mekanisme Pertahanan Diri

Trauma merupakan mekanisme alami yang dimiliki oleh diri kita sebagai manusia yang diciptakan dengan berbagai emosi. 

Rasa trauma seringkali membantu melindungi diri dari sesuatu yang berpotensi melukai kita secara fisik maupun emosional. Tanpa kita sadari, mekanisme itu akan aktif dengan sendirinya sebagai tameng dari hal buruk yang bisa terjadi.

- Emosi Merupakan Cara Mengaktifkan Trauma

Sebagai contoh ketika kamu pernah berkali-kali ditipu orang, maka dengan otomatis akan memunculkan perasaan curiga atau khawatir setiap kali terlibat suatu interaksi dengan orang lain. 

Mungkin kamu tidak menyadari bahwa emosi berbentuk curiga dan was-was itu muncul sebagai proteksi diri terhadap penipuan.

- Perilaku Reaktif adalah Hasil dari Trauma

Segala macam bentuk reaksi terhadap trauma yang dialami juga bukan merupakan kesalahan kita. Banyak contoh perilaku yang muncul akibat trauma dari dalam diri seseorang dan itu hal yang wajar karena tubuh merespons sesuatu yang memiliki efek buruk bagi diri kita. 

Misalnya, kamu jadi sulit percaya pada orang lain karena sebelumnya pernah ditipu, atau sering memilih untuk melarikan diri dari konflik karena pernah terluka.

- Perilaku Reaktif Bertujuan Melindungi Diri Sendiri

Semua perilaku reaktif itu dikembangkan supaya kita tidak terjerumus ke dalam pengalaman buruk yang pernah dialami sebelumnya. Tujuannya agar kita tidak lagi terluka untuk kesekian kalinya.

Untuk itu ubahlah persepsimu terhadap trauma yang membuatmu menyalahkan diri sendiri, karena itu bukan sepenuhnya salahmu. Namun, meski demikian, kita tetap bertanggung jawab untuk melakukan sesuatu dengan rasa trauma itu. 

Bertanggung jawab agar trauma itu tidak menghambat proses pertumbuhan dan perkembangan diri, serta bertanggung jawab pada orang lain agar perilaku reaktif kita terhadap trauma tidak menciptakan trauma bagi orang lain.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait