URnews

Ramai soal Gempa Besar dan Tsunami di Jawa, Geolog UGM: Jangan Panik!

Nivita Saldyni, Rabu, 30 September 2020 06.49 | Waktu baca 3 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Ramai soal Gempa Besar dan Tsunami di Jawa, Geolog UGM: Jangan Panik!
Image: Ilustrasi tsunami. (Pixabay)

Yogyakarta - Geolog UGM, Gayatri Indah Marliyani, mengimbau masyarakat tak perlu panik terkait ramainya kajian potensi gempa besar yang bisa menyebabkan tsunami di selatan Jawa. Sebab ia menilai hasil-hasil studi tersebut adalah skenario kejadian berupa potensi, bukan prediksi.

"Untuk menjadi prediksi, informasi yang disampaikan harus meliputi waktu, besaran magnitudo, dan lokasi kejadian. Potensi terjadinya tsunami memang ada di selatan Jawa, tapi kapan terjadinya kita belum tahu," kata Gayatri dalam keterangan tertulis Humas UGM, Selasa (29/9/2020).

Nah, seperti misalnya baru-baru ini hasil studi dari tim interdisipliner dari Institut Teknologi Bandung (ITB) yang tengah ramai diperbincangkan di media sosial, guys.

Meski studi tersebut mengatakan adanya potensi gempa besar yang akan terjadi, namun Gayatri meminta masyarakat agar tak perlu panik. Sebab menurutnya sampai saat ini masih belum ada teknologi yang terbukti bisa melakukan prediksi dengan akurasi tinggi. 

Untuk itu, upaya terbaik yang bisa kamu lakukan adalah dengan mempersiapkan diri untuk menghadapi segala kemungkinan bencana yang akan terjadi, termasuk gempa bumi dan tsunami.

Sehingga saat bencana datang, kamu tahu apa yang harus kamu lakukan atau ke mana kamu harus pergi melindungi diri.

"Misalnya jika berada jauh dari pantai (<20 km), atau berada pada daerah dengan ketinggian lebih dari 30 meter dari permukaan laut, tidak perlu khawatir. Tsunami tidak akan mencapai area tersebut," jelasnya.

Namun terlepas dari itu semua, menurutnya yang terpenting adalah peran pemerintah dalam menyiapkan infrastruktur yang mendukung proses evakuasi, baik evakuasi mandiri maupun terkoordinir.

Gayatri berpendapat bahwa ini harus dipikirkan dan direncanakan dengan matang untuk jangka panjang, dan berkelanjutan.

Selain itu, edukasi kepada masyarakat juga gak kalah pentingnya nih. Yah, meski diakuinya bahwa sosialisasi mengenai adanya potensi bencana dan bagaimana menyikapinya belum berhasil dengan baik, namun kita harus mulai berusaha.

Sehingga kewaspadaan di masyarakat meningkat, bukan malah kepanikan yang berlebihan.

"Dalam menghadapi potensi bencana diharapkan untuk tidak panik. Kenali bahaya di lingkungan sekitar dan pelajari cara bagaimana menyelamatkan diri. Ikuti imbauan dan arahan dari sumber yang terpercaya, saring berita yang dibaca dan didengar, serta jangan sungkan bertanya pada yang kompeten di bidangnya jika ada kebingungan agar tidak mudah termakan isu-isu yang menyesatkan," pesannya.

Sementara itu, Gayatri sendiri menilai riset-riset terkait dengan prediksi gempa bumi mulai dikembangkan lebih serius dengan berbagai pendekatan.

Mulai dari analisis seismisitas, gangguan pada gelombang eletromagnetik, adanya anomali emisi gas Radon, hingga perubahan muka air tanah.

"Sampai saat ini penelitian mengenai prediksi gempa bumi dengan pendekatan-pendekatan ini masih belum menghasilkan prediksi yang secara konsisten memberikan korelasi yang positif. Untuk bisa dikatakan indikatif, maka hasil pantauan harus secara statistik menunjukkan bahwa ada korelasi yang signifikan antara kejadian dan anomali," ungkapnya.

Gayatri juga menjelaskan bahwa gempa dengan magnitudo kecil-sedang (<M4) terjadi hampir setiap hari di daerah subduksi aktif, seperti Sumatra dan Jawa.

Oleh sebab itu jika ada yang memprediksi, misalnya akan terjadi gempa dengan magnitudo M4 pada daerah sepanjang subduksi Jawa-Sumatra dalam waktu beberapa hari maka belum bisa dikatakan prediksi itu berhasil. Sebab hal itu pasti terjadi, bahkan tanpa diprediksi.

"Meski begitu studi tentang prediksi gempa bumi ini layak untuk terus dilakukan, sebab jika berhasil akan memberikan kemaslahatan sangat besar bagi kehidupan manusia," tutup Gayatri.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait