URnews

Rencana Baru Singapura: Bakal Hidup Berdampingan dengan COVID-19

Kintan Lestari, Senin, 28 Juni 2021 12.30 | Waktu baca 3 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Rencana Baru Singapura: Bakal Hidup Berdampingan dengan COVID-19
Image: Negara Singapura. (Pixabay/monikawl999)

Singapura - Pandemi COVID-19 masih jadi masalah bagi negara-negara di seluruh dunia, termasuk Singapura.

Sudah lebih dari setahun virus ini menginfeksi banyak orang. Di Singapura, menurut data World Meters, sampai hari ini (28/6/2021) ada lebih dari 62 ribu kasus COVID-19 dan 38 kematian akibat virus tersebut.

Negara tersebut selama pandemi memang menerapkan aturan yang ketat, mulai dari tes bagi orang yang datang, karantina di hotel, sampai anjuran tinggal di rumah. Terbukti kasus COVID-19 di sana terkendali. 

Namun dengan kebijakan ketat yang diterapkan, virus corona tidak akan hilang. Maka dari itu, Singapura akan menganggap COVID-19 layaknya penyakit endemik seperti flu biasa, lalu hidup berdampingan dengan virus tersebut.

"Kabar buruknya adalah COVID-19 mungkin tidak akan pernah hilang. Kabar baiknya adalah mungkin untuk hidup normal dengannya di tengah-tengah kita," tulis Menteri Perdagangan Singapura Gan Kim Yong, Menteri Keuangan Lawrence Wong, dan Menteri Kesehatan Ong Ye Kung dalam editorial di Straits Times, Senin (21/6/2021).

"Itu berarti virus akan terus bermutasi, dan dengan demikian bertahan di komunitas kita," lanjutnya lagi.

Dengan demikian, nantinya Negeri Singa tersebut tidak akan menerapkan karantina bagi pendatang, juga isolasi untuk orang yang kontak dengan pasien positif. Pemerintah juga berencana untuk tidak lagi mengumumkan jumlah kasus harian.

"Setiap tahun, banyak orang terkena flu. Sebagian besar sembuh tanpa perlu dirawat di rumah sakit, dan dengan sedikit atau tanpa pengobatan. Tetapi sebagian kecil, terutama orang tua dan mereka yang memiliki penyakit penyerta, bisa sakit parah, dan beberapa meninggal. Kita tidak bisa memberantasnya, tapi kita bisa mengubah pandemi menjadi sesuatu yang tidak terlalu mengancam, seperti influenza atau cacar air, dan melanjutkan hidup kita," kata ketiganya. 

Mereka menyatakan prioritas dalam beberapa bulan ke depan adalah mempersiapkan Singapura untuk hidup dengan COVID-19 sebagai penyakit yang berulang dan dapat dikendalikan.

Tiga menteri di gugus tugas Singapura untuk COVID-19 menguraikan transisi pemerintah mereka ke normal baru, di antaranya vaksinasi, testing, dan treatment.

Kuncinya vaksinasi. Perdana Menteri menargetkan dua per tiga rakyat Singapura setidaknya sudah divaksinasi dosis pertama sampai bulan Juli.

Selain vaksinasi, pengujian dan pengawasan akan tetap diperlukan, tetapi fokusnya akan berbeda. 

Pengujian di Singapura tidak akan digunakan untuk mengkarantina orang, tetapi untuk menyaring mereka yang ingin memasuki gedung perkantoran, mal, dan sekolah. Para menteri mencatat bahwa sekarang ada alat tes yang lebih cepat, seperti breathalyser, yang membutuhkan waktu sekitar satu hingga dua menit untuk menghasilkan hasil dan tidak melibatkan swab.

Pembaruan harian tentang jumlah infeksi di Singapura akan beralih ke fokus pada hasil, termasuk hari kerja yang hilang, berapa banyak pasien yang memerlukan rawat inap atau perawatan intensif serta tingkat kematian, dengan cara yang sama dengan pemantauan flu.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait