URnews

Saat Anak Terpapar Virus Corona, Apa yang Harus Dilakukan?

Nivita Saldyni, Rabu, 7 Juli 2021 11.01 | Waktu baca 2 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Saat Anak Terpapar Virus Corona, Apa yang Harus Dilakukan?
Image: Anak anak (Pixabay/Leo_Fontes)

Yogyakarta - Peningkatan kasus COVID-19 di Indonesia terjadi di berbagai kelompok usia, salah satunya anak-anak. Bahkan data Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyebut bahwa kasus positif COVID-19 pada anak usia 0-18 tahun di Indonesia cukup tinggi, yaitu mencapai 12,5 persen.

Oleh karena itu dokter spesialis anak RSA UGM, Ade Febrina Lestari berpendapat bahwa sebaiknya anak tetap di rumah selama masa pandemi. Namun tentu, orang tua harus memenuhi kebutuhan dasarnya. 

“Orang tua wajib menyediakan dan menyiapkan rumah sebagai tempat anak merasa nyaman, bahagia, dan menyenangkan sehingga anak tidak merasa terkungkung atau terisolasi di rumah," katanya dikutip dari rilis resmi Humas UGM, Rabu (7/7/2021).

Ade menyarankan agar para orang tua selalu menyiapkan bahan pangan yang sehat dan mainan untuk bahan stimulasi yang sesuai usia anak. Hal ini tentu harus didukung dengan interaksi antara orang tua dan anak.

“Secara langsung, orang tua bisa memberikan contoh penggunaan alat pelindung diri seperti masker, serta kebiasaan dan cara mencuci tangan yang benar," ungkapnya.

“Tunjukkan bahwa orang tua selalu konsisten menggunakan masker. Menggunakan masker untuk saat ini adalah keharusan," jelasnya lebih lanjut.

Namun, bagaimana jika anak terpapar virus Corona?

Jika anak ada kontak erat dengan pasien COVID-19, atau bahkan terkonfirmasi positif, Ade Febrina mengatakan bahwa orang tua harus segera membawa anak ke fasilitas kesehatan. Hal ini agar anak mendapatkan asesmen dari dokter yang tepat.

Sehingga kita tahu betul, apakah anak dalam kondisi tanpa gejala, dengan gejala yang ringan, atau bahkan sedang hingga berat.

“Tidak semua anak terinfeksi COVID-19 harus 'mondok' di rumah sakit. Tanpa gejala atau gejala ringan, anak bisa melakukan isolasi mandiri di rumah. Kecuali jika gejala sedang atau berat, harus mendapatkan perawatan di rumah sakit," jelasnya.

Saat Bed di Rumah Sakit Penuh

Jika anak harus dirawat di rumah sakit namun jumlah tempat tidur penuh, Ade menyarankan para orang tua merawat di rumah dengan memberikan obat sesuai petunjuk dokter.

Ade juga menyarankan agar kamu selalu mengevaluasi kesehatan anak dengan memonitor kondisi hariannya. Sehingga kamu tahu jika ada tanda-tanda yang membahayakan, seperti misalnya demam tinggi, sesak napas, lemas, kehilangan napsu makan, atau saturasi oksigen di bawah 95 persen.

“Oleh karena itu, di rumah sebaiknya memiliki termometer dan alat pengukur saturasi oksigen," saran Ade.

"Orang tua wajib melakukan komunikasikan dengan dokter spesialis anak melalui fasilitas telemedicine atau kembali melakukan pemeriksaan ke RS agar mendapatkan penanganan yang tepat," tutupnya.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait