URnews

Singapura Bebas Masker, tapi Sebagian Warga Memilih Tetap Pakai

Rizqi Rajendra, Rabu, 30 Maret 2022 10.10 | Waktu baca 2 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Singapura Bebas Masker, tapi Sebagian Warga Memilih Tetap Pakai
Image: Ilustrasi pemakaian masker. (Freepik)

Jakarta - Aturan pembatasan COVID-19 di Singapura semakin dilonggarkan. Kini, warga Singapura dibolehkan untuk beraktivitas di luar ruangan tanpa mengenakan masker per Selasa, (29/3/22).

Tetapi tampaknya, tidak semua orang di Singapura berani melepas masker yang telah melindungi mereka dari virus COVID-19 selama pandemi ini.

Melansir Channel News Asia, Rabu, (30/3/22), jajak pendapat media Singapura itu menyebut, ada sekitar 7.900 orang atau 76 persen responden yang memilih untuk tetap pakai masker.

Sementara itu, 2.500 orang atau 24 persen responden sisanya mengatakan, mereka tidak akan memakai masker di luar ruangan.

Meski sudah dibebaskan, sebagian besar warga yang memilih untuk tetap pakai masker itu mengatakan, mereka tetap ingin berhati-hati dan merasa sudah kebiasaan memakai masker di luar ruangan.

"Saya tidak akan terbiasa dengan itu (melepas masker). Kami sudah memakai masker selama dua tahun, itu sudah seperti kebiasaan," ujar Nabil Dzikri, salah satu warga Singapura.

"Saya tidak terlalu keberatan dengan masker, tetapi saya juga merasa masker itu benar-benar melindungi kita. Jadi kalau-kalau ada yang bersin saat lewat, saya akan memiliki lapisan perlindungan ekstra," kata Abigail Yeo, warga Singapura lainnya.

Menurut Konsultan senior di Divisi Penyakit Menular Rumah Sakit Universitas Nasional, Profesor Dale Fisher, perilaku warga Singapura yang memilih untuk tetap memakai masker meski sudah dibebaskan itu wajar, lantaran masih butuh penyesuaian.

Warga butuh waktu untuk menjalani hidup kembali normal seperti sebelum pandemi. Bahkan menurutnya, setelah dua tahun pandemi ini, orang yang tidak memakai masker di luar ruangan akan dianggap aneh.

Di lain sisi, Profesor Sosiologi Universitas Manajemen Singapura, Paulin Tay Straughan mengatakan, warga Singapura terbagi menjadi dua dalam menyikapi aturan ini. Ada yang merasa senang akhirnya bebas masker, ada juga yang malah merasa was-was takut tertular.

"(Karena semua pembatasan selama dua tahun terakhir,) ada perasaan gelisah tertentu. Orang-orang lelah, jadi keinginan untuk mengatakan kita keluar dari 'hutan' mungkin jauh lebih kuat daripada yang saya perkirakan," kata Prof Straughan.

"Mereka yang melakukan ini (berjalan bebas masker di luar ruangan) karena mereka perlu menunjukkan bahwa ada harapan, dan harapan telah tiba. Itu sangat menarik, besok (Selasa) mungkin, bagi sebagian orang, adalah hari yang sangat penting," tandasnya.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait