URnews

Singapura Terancam Gelap Gulita karena Indonesia, Kenapa?

Nivita Saldyni, Minggu, 24 Oktober 2021 16.29 | Waktu baca 2 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Singapura Terancam Gelap Gulita karena Indonesia, Kenapa?
Image: Ilustrasi merlion, Singapura. (Pixabay/Engin_Akyurt).

Jakarta - Krisis energi yang tengah terjadi di Singapura ternyata berkaitan dengan Indonesia. Hal ini disebabkan oleh pasokan gas alam dari Indonesia ke Singapura melalui pipa Natuna Barat yang mengalami gangguan sejak Juli 2021. Hal itu pun membuat Singapura terancam bakal gelap gulita.

Melansir dari Reuters, regulator energi Singapura Energy Market Authority (EMA) menyebut gangguan pasokan gas di Indonesia telah membuat lonjakan harga listrik di negara tersebut.

“Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk permintaan listrik yang lebih tinggi dari biasanya, pemadaman beberapa unit pembangkit, pembatasan gas dari Natuna Barat, dan tekanan gas dari Sumatera yang juga mengalami penurunan,” kata EMA dikutip dari Reuters, Minggu (24/10/2021).

Kondisi itu membuat EMA memperkirakan bahwa gangguan akan berlangsung hingga akhir tahun ini.

Gangguan ini pun dibenarkan oleh Deputi Operasi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK) Migas, Julis Wiratno. Namun ia mengatakan bahwa semua sudah berangsur normal sejak September lalu.

“Distribusi gas pada September mulai membaik dibandingkan Juli yang mengalami gangguan produksi. Namun belum kembali normal seperti awal tahun ini,” kata Julius saat dikonfirmasi wartawan.

Lebih lanjut Julius menjelaskan bahwa kondisi ini disebabkan oleh penurunan laju produksi gas di Lapangan Anoa akibat penghentian yang tidak direncanakan. Selain itu gangguan juga disebabkan oleh pemeliharaan di Lapangan Gajah Baru yang mengakibatkan adanya pengurangan pasokan gas.

Nah, SKK Migas juga mencatat produksi di dua lapangan migas itu telah menyebabkan produksi gas di Natuna turun 27,5 persen dari puncak sebelumnya, menjadi 370 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD).

 

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait