URnews

Soal Konflik Rusia dan Ukraina, Pakar Sebut Indonesia Tidak Perlu Khawatir

Nivita Saldyni, Rabu, 16 Februari 2022 13.43 | Waktu baca 2 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Soal Konflik Rusia dan Ukraina, Pakar Sebut Indonesia Tidak Perlu Khawatir
Image: Ilustrasi - pasukan militer Ukraina. (Dok. Kementerian Pertahanan Ukraina via mil.gov.ua)

Surabaya - Ketegangan antara Rusia dan Ukraina dikabarkan tengah meningkat akhir-akhir ini membuat banyak pihak khawatir akan terjadinya Perang Dunia (PD) III. Namun menurut I Gede Wahyu Wicaksana, Ahli Kebijakan Luar Negeri dari Universitas Airlangga (Unair), ketegangan tersebut adalah konflik kecil. 

Dosen Departemen Hubungan Internasional (HI), Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisip) Unair itu pun mengatakan Indonesia tak perlu ikut campur dalam permasalahan tersebut. Sebab menurutnya, tidak akan ada dampak khusus bagi Indonesia dari konflik dua negara tersebut.

"Masyarakat internasional, terkhusus Indonesia tidak perlu khawatir dengan konflik tersebut karena seperti yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa kedua negara itu akan menyelesaikan dengan diplomasi mereka," kata Wahyu seperti dilansir dari laman Unair, Rabu (16/2/2022).

"Bahkan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) pun juga tidak perlu ikut andil dalam penyelesaian konflik keduanya," sambungnya.

Menurutnya, Rusia dan Ukraina akan menyelesaikan permasalahan mereka dengan diplomasi. Sebab kedua negara itu memiliki tradisi diplomatiknya sendiri, mengingat mereka masih berada dalam bangsa yang sama, yaitu Bangsa Slavik.

Tiga Hal yang Jadi Latar Belakang Konflik Rusia-Ukraina

Menurut Wahyu, setidaknya konflik tersebut dilatarbelakangi oleh tiga persoalan, termasuk berkaitan dengan teritorial.

“Ketika Uni Soviet masih eksis dulu, Rusia mengambil sebagian wilayah dari Ukraina. Ketika Uni Soviet runtuh, Ukraina mengambil lagi wilayahnya dari Rusia dan saat ini Presiden Rusia, Vladimir Putin, ingin mengambil Ukraina kembali,” kata Wahyu.

Selain itu, kedua negara tersebut juga terlibat dalam persoalan persaingan. Menurutnya, Rusia ingin berkuasa penuh di kawasan Eropa Timur sehingga harus 'menyingkirkan' Ukraina.

“Karena Ukraina adalah negara terbesar kedua setelah Rusia di kawasan bekas Uni Soviet. Untuk itu beberapa harta peninggalan Uni Soviet ada di Ukraina dan Rusia ingin menguasainya. Dengan begitu maka kemudian Rusia dapat berkuasa penuh tanpa terhalang Ukraina,” jelasnya.

Terakhir, konflik tersebut menurutnya juga dipengaruhi oleh kondisi dalam negeri di Rusia. Di mana saat ini ekonomi Rusia tengah merosot.

“Maka dari itu Putin mencoba mengalihkan isu dengan membuat konflik tersebut,” kata Wahyu.

Namun terlepas dari ketiga hal itu, Wahyu mengatakan bahwa kedua negara ini telah terlibat konflik etnis sejak lama. Rusia dan Ukraina, kata Wahyu, telah terlibat konflik etnis sejak abad ke-15.

“Namun dalam sejarah modern, mereka baru berkonflik secara terang-terangan pada tahun 1989 atau ketika runtuhnya Uni Soviet,” pungkasnya.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait