URedu

Solusi Pembelajaran saat Pandemi dengan Flipped Classroom, Apa Itu?

Nunung Nasikhah, Jumat, 10 Juli 2020 13.19 | Waktu baca 3 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Solusi Pembelajaran saat Pandemi dengan Flipped Classroom, Apa Itu?
Image: Ilustrasi proses belajar mengajar. (dikpora.trenggalekkab.go.id)

Jakarta - Sistem pembelajaran di sekolah pada tahun ajaran baru 2020/2021 yang akan dimulai pada pertengahan Juli belum bisa berjalan normal sebagai dampak pandemi COVID-19.

Masih banyak daerah yang tergolong zona merah, kuning dan oranye belum bisa melakukan sistem pembelajaran secara tatap muka.

Tentu saja hal ini membuat kepala sekolah dan guru berpikir keras terkait apa yang harus dilakukan agar layanan pendidikan tetap berjalan dengan baik.

Dengan kondisi seperti ini, para kepala sekolah dan guru terus mencari model pembelajaran efektif dan efisien untuk digunakan pada kondisi saat ini.

Salah satu model yang bisa digunakan adalah flipped classroom atau pembelajaran terbalik. Flipped classroom adalah model pembelajaran di mana siswa sebelum belajar di kelas mempelajari materi lebih dahulu di rumah sesuai dengan tugas yang diberikan oleh guru.

Metode ini juga digunakan oleh guru ketika ada siswa yang tidak hadir di kelas karena sesuatu hal. Guru bisa membuat video berisi materi yang diajarkannya lalu diberikan kepada siswa yang tidak masuk kelas tersebut.

Jon Bergmann dan Aaron Sams, yaitu guru kimia SMA Woodland Park di Colorado, Amerika Serikat, menggunakan metode ini untuk membantu para siswanya yang tidak masuk kelas dengan membuat video pembelajaran yang sudah mereka ajarkan.

Hasilnya sangat bagus, siswa bisa mengikuti pelajaran dan tidak ketinggalan. Model ini akhirnya dipakai juga oleh siswa yang sudah belajar di kelas sebagai bahan memperdalam materi yang sudah dipelajarinya.

Sebelum membahas materi yang akan di ajarkan, guru terlebih dahulu memberikan tugas kepada siswa agar mempelajari materi yang ada dalam media pembelajaran.

Model belajar seperti ini membuat siswa dituntut untuk lebih mandiri karena mereka mempelajari bahan terlebih dahulu sebelum ada pertemuan di kelas. Model ini juga membuat siswa lebih aktif karena dorongan keingintahuan mereka juga menjadi lebih tinggi.

Selain itu, model ini juga sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi era Industri 4.0. Namun, perubahan model belajar ini tentu membutuhkan pelatihan dan kesiapan guru, tenaga kependidikan, dan para pejabat pendidikan.

Para pendidik haru merancang rencana pelaksanaan pembelajaran dan media pembelajaran yang kompatibel dengan perkembangan teknologi saat ini.

Guru bisa dengan mudah mengunduh materi yang akan dipelajari siswa dari berbagai learning management system (LMS) yang sudah tersedia dari Kemdikbud, yaitu Rumah Belajar dan TV Edukasi atau bisa juga menggunakan LMS dari swasta yang dapat diunduh secara gratis.

Materi diserahkan kepada siswa dengan diberi penjelasan apa yang harus dikerjakan dan akan dibahas pada pertemuan berikutnya.

Pada saat siswa datang ke sekolah, guru tinggal membahas dengan mereka, misalnya siswa diminta mempresentasikan apa yang telah dipelajari. Dengan demikian, siswa terlatih mengomunikasikan apa yang dipelajari kepada teman sejawat.

Untuk memperdalam materi yang dipelajari, guru juga bisa mengajak siswa berdiskusi dalam kelompok kecil. Dalam hal ini, guru berperan sebagai fasilitator dan berkeliling kelas untuk memotivasi sekaligus memantau keaktifan siswa dalam berdiskusi.

Dengan model ini, siswa tidak perlu hadir ke sekolah tiap hari. Jadi, semisal tahun ajaran baru nanti siswa harus masuk sekolah secara bergantian, metode ini sangat bagus untuk diterapkan.

Siswa akan mengerjakan tugas pada saat di rumah selama tiga hari dan masuk ke sekolah belajar di kelas selama tiga hari.

Model ini cocok untuk mengoptimalkan waktu di kelas yang terbatas dan juga akan melatih siswa untuk mengelola waktu dengan baik.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait