Jangan Kaget, Liga Inggris Lagi Boikot Media Sosial!

London - Para penggemar Liga Inggris jangan kaget jika linimasa media sosial-nya sepi-sepi saja akhir pekan ini. Sebab seluruh klub Inggris lagi puasa medsos untuk menentang rasisme.
Klub-klub Liga Inggris bergabung dengan klub-klub dari divisi lainnya seperti English Football League (tiga divisi di bawah Premier League), lalu FA, dan Liga Super Wanita, untuk memboikot media sosial.
Selain klub, para pemain juga mengikuti hal serupa. Boikot platform media sosial seperti Twitter, Instagram, dan Facebook dilakukan oleh seluruh klub Liga Inggris serta pemain sebagai tanda protes masalah diskriminasi dan pelecehan yang dialami oleh para pesepakbola secara online.
Baca Juga: Donald Trump Bikin Media Sosial Sendiri
Itu artinya para penikmat Liga Inggris tidak bisa menyaksikan keriuhan pertandingan besar di Old Trafford antara Manchester United kontra Liverpool, Minggu (2/5/2021) malam WIB besok.
Aksi ini dilakukan agar pemerintah Inggris mau menetapkan rancangan undang-undang Keamanan Online agar para perusahaan besar yang menaungi berbagai macam media sosial itu, mau lebih bertanggung jawab soal apa yang terjadi di platform mereka.
"Perilaku rasis dalam bentuk apa pun tidak dapat diterima dan pelecehan mengerikan yang kami lihat yang diterima para pemain di platform media sosial tidak dapat dibiarkan berlanjut," ujar CEO Premier League Richard Masters
"Premier League dan klub-klub kami berdiri berdampingan dengan sepakbola dalam melakukan boikot ini untuk menyoroti kebutuhan mendesak bagi perusahaan media sosial untuk berbuat lebih banyak dalam menghilangkan kebencian rasial."
"Kami tidak akan berhenti menentang perusahaan media sosial dan ingin melihat peningkatan signifikan dalam kebijakan dan proses mereka guna mengatasi pelecehan diskriminatif online di platform mereka."
Klub-klub Premier League sudah melakukan boikot media sosial mulai Jumat (30/4/2021) pukul 21.00 WIB kemarin dan berlangsung selama empat hari hingga Selasa (4/5/2021) pukul 05.59 WIB.
Kampanye ini lantas didukung penuh oleh UEFA, Asosiasi Pesepakbola Profesional Inggris (PFA), dan Asosiasi Klub Eropa (ECA).
"Ada pelanggaran baik di lapangan maupun di media sosial. Ini tidak dapat diterima dan perlu dihentikan, dengan bantuan otoritas publik dan legislatif serta raksasa-raksasa media sosial," ujar presiden UEFA Aleksander Ceferin.
"Membiarkan budaya kebencian tumbuh dengan impunitas adalah berbahaya, sangat berbahaya, tidak hanya untuk sepakbola, tapi juga untuk masyarakat secara keseluruhan."