URedu

Studi Ungkap 'Anak Sultan' Punya Kesempatan Sukses Lebih Tinggi

Griska Laras, Rabu, 4 November 2020 19.25 | Waktu baca 3 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Studi Ungkap 'Anak Sultan' Punya Kesempatan Sukses Lebih Tinggi
Image: Freepik

Jakarta - Sejak kecil anak-anak sudah diajarkan bahwa untuk menjadi sukses, perlu menjadi orang yang pintar dan rajin. Prinsip ini sudah ditanamkan oleh orang tua di berbagai negara, terlepas dan ras dan status sosial.

Tapi sebuah penelitian yang dilakukan Pusat Pendidikan dan Tenaga Kerja Universitas Georgetown mengklaim menjadi pintar dan tekun saja tidak cukup untuk sukses di Amerika Sserikat.

Laporan berjudul 'Born To Win, Schooled To Lose: Why Equally Talented Students Don’t Get Equal Chances to Be All They Can Be' yang diterbitkan tahun 2019, tim peneliti menunjukkan betapa mengerikan prospek bagi anak yang berasal dari keluarga menengah ke bawah.  

Mereka menyebut terlahir sebagai anak orang kaya alias 'anak sultan' lebih menjamin kesuksesan daripada terlahir sebagai orang pintar tapi dari kalangan ekonomi menengah ke bawah.

"Untuk sukses di AS, lebih baik terlahir sebagai orang kaya daripada orang yang cerdas. Apa yang kami temukan dalam penilitian ini adalah 'orang pintar dari kalangan ekonomi menengah ke bawah tidak banyak yang sukses secara finansial, ketimbang orang kaya yang tidak terlalu pintar," jelas Anthony Carnevale, direktur CEW sekaligus penulis utama penelitian.

Dalam penelitian tersebut, Carnevale dan timnya menganalisis data dari National Center for Education Statistics (NCES) untuk melihat performa siswa dari TK hingga dewasa dan menilai kecerdasan menurut kinerja pada tes matematika standar.

Mereka lalu mengelompokkan siswa berdasarkan status sosial ekonomi, pendidikan terakhir orang tua, pendapatan orang tua, dan prestise pekerjaan orang tua.  

Hasilnya cukup mengejutkan. Siswa dari keluarga kaya dengan nilai ujian jelek memiliki peluang 7 dari 10 untuk sukses, sementara siswa dari keluarga menengah ke bawah dengan nilai ujian bagus hanya punya peluang 3 dari 10.

1604492594-anak-anak.jpgSumber: Freepik

Siswa pintar dari keluarga miskin cenderung tidak lulus SMA atau perguruan tinggi. Mereka juga mendapatkan gaji yang tidak sebanding dengan siswa dengan nilai jelek tapi lahir sebagai anak sultan.

Penelitian itu menyebut siswa pintar yang terlahir miskin hanya punya peluang 31 persen untuk meneruskan pendidikan ke universitas dan mendapatkan pekerjaan dengan gaji  Rp 511 juta di usia 25 tahun dan Rp 657 juta di usia 45 tahun. Untuk mendapatkan pencapaian yang sama, siswa kurang pintar yang terlahir kaya punya peluang yang lebih besar yaitu 71 persen.

Carnevale menyebut ada beberapa variabel yang berkontribusi pada hal ini. Faktor-faktor yang mempengaruhi variabel tersebut di antaranya ras, jenis kelamin, kelas sosial dan fasilitas belajar, cara belajar di kelas.  

1591865879-sekolah-dki.jpgSumber: ANTARA/Wahyu Putro

“Saat kami mengikuti performa anak-anak ini selama bertahun-tahun, kelas demi kelas, yang kami temukan adalah mereka semua pernah gagal. Perbedaannya adalah siapa yang gagal dan yang bangkit kembali dan siapa yang gagal dan menyerah,” kata Carnevale.

Orang-orang dari semua kemampuan dan latar belakang pernah gagal selama perjalanan akademis mereka. Tapi siswa yang terlahir kayay punya jaring pengaman untuk menjaga mereka tetap pada jalurnya, seperti les tambahan, atau ketersediaan buku yang memadai di rumah.

Sementara anak-anak  yang kurang beruntung tidak punya keistimewaan itu.  Akibatnya mereka lebih cenderung untuk tertinggal dan tetap tertinggal.

Tapi dia percaya dengan sumber daya dan dukungan yang tepat dapat membantu siswa miskin mengatasi tantangan serta mencapai kesuksesan. 

Selain itu, kebijakan pemerintah juga dapat berperan dalam mengatasi probabilitas ini, seperti pemberian beasiswa, memperhatikan sekolah dan lingkungan, dan memberikan upah yang layak serta stabil bagi orang tua mereka.

"Dengan perubahan kebijakan yang cerdas, pendidikan dapat mengurangi efek ketidaksetaraan."

 

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait