5 Fakta Observatorium Bosscha, Langganan Masuk Film Layar Lebar

Jakarta - Kemunculan observatorium Bosscha di film terbaru garapan Joko Anwar 'Pengabdi Setan 2: Communion' menjadi perbincangan hangat di kalangan penonton. Sejak kemunculannya di film horor, katanya observatorium ini malah jadi terlihat angker guys, setuju nggak?
Mari kita tarik mundur ke tahun 2000, ternyata gedung ini juga pernah dipakai untuk kebutuhan syuting film layar lebar yaitu 'Petualangan Sherina'. Beda film, beda juga suasana yang didapat penonton ketika latar tempat berada di observatorium itu, ya.
Dalam film 'Petualangan Sherina', gedung ini jadi tempat pelarian Sadam dan Sherina dari penculik, keduanya juga semakin dekat seiring obrolan intens mereka di sana. Kesan yang didapat penonton soal observatorium Bosscha pun jadinya lebih hangat.
Terlepas dari peran berbeda observatorium Bosscha di film layar lebar, apa sebenarnya kegunaan gedung itu di kehidupan nyata? Yuk simak fakta-fakta observatorium Bosscha sebagaimana dirangkum Urbanasia.
Sumber: Instagram/bosschaobservatory
Berlokasi di Lembang, Jawa Barat
Bosscha beralamat di Jalan Peneropongan Bintang No. 45 Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. Bangunan ini didirikan di Lembang karena ada alasannya ya, guys.
Observatorium Bosscha berdiri tepat pada celah perbintangan untuk melihat gugus galaksi di sisi selatan. Lembang sendiri memiliki topografi yang aman sehingga pembangunan gedung ini di lokasi tersebut juga terjamin.
Didirikannya observatorium ini di Bandung juga tak lepas dari kebutuhan pendidikan. Bosscha akan membantu proses belajar mahasiswa jurusan astronomi di Institut Teknologi Bandung (ITB).
Observatorium modern pertama
Diresmikan pada 1 Januari 1923 atas prakarsa K.A.R Bosscha bersama Nederlandsch-Indische Sterrenkudige Vereeniging (NISV), Bosscha dinobatkan sebagai observatorium modern pertama di Asia Tenggara.
Baca Juga: Review Film ‘Pengabdi Setan 2: Communion’
Penampakan gedung Bosscha sangat unik. Atapnya membentuk kubah dan secara keseluruhan bangunannya berbentuk silinder.
Penamaan Bosscha pada gedung ini diambil dari nama pemrakarsanya, K.A.R Bosscha. Dia adalah sosok dermawan yang menyumbang dana utama dan memberikan bantuan mengadakan fasilitas teropong bintang.
Observatorium ini menjadi bagian dari ITB sejak 1951 setelah diserahkan oleh NISV. Lewat observatorium ini, ilmuwan sains di Tanah Air mulai berkontribusi terhadap pengembangan astrofisika dalam topik bintang, tata surya, dan galaksi di kancah internasional.
Menyimpan teropong terbesar
Terdapat teropong terbesar ketiga di dunia bagian Selatan loh di Bosscha, yaitu refraktor ganda zeiss 60 cm yang telah ditempatkan di observatorium sejak 7 Juni 1928. Teropong ini dibeli langsung dari Jerman oleh Bosscha dan Dr. J. Voute.
Pengamatan Hilal
Observatorium Bosscha setiap tahunnya akan dipakai untuk mengamati bulan sabit muda. Pengamatan di tempat ini menjadi salah satu rujukan Kementerian Agama dan umat muslim untuk menetapkan awal Ramadhan dan bulan Syawal.
Cagar budaya
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 184/M/2017, Observatorium Bosscha ditetapkan sebagai Bangunan Cagar Budaya tingkat Nasional pada 2008.
Observatorium ini memperbolehkan mahasiswa dan peneliti melakukan pengamatan astronomi.
Gedung ini sebelumnya bisa didatangi oleh wisatawan untuk belajar sejarah. Tiket Bosscha bisa dibeli pada kisaran harga Rp 15.000-20.000. Namun dalam keterangan di akun Instagram resmi Bosscha, mereka menginformasikan bahwa observatorium ditutup sementara untuk kunjungan.