Membaca Ulang Pentingnya Susu dalam Pemenuhan Gizi Manusia

Jakarta - Empat Sehat, Lima Sempurna. Ungkapan ini pasti sudah nggak asing bagi masyarakat Indonesia. Kalimat singkat itu merupakan kampanye pola makan bergizi yang didengungkan pemerintah mulai tahun 1955.
Empat Sehat Lima Sempurna merujuk pada pola makan dengan kombinasi lengkap berupa protein, karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral yang baik bagi tubuh.
Dari sisi konten, Empat Sehat Lima Sempurna diimplementasikan dalam bentuk makanan pokok, lauk-pauk, sayuran, buah-buahan, dan dilengkapi dengan susu.
Pemenuhan gizi penting untuk tumbuh kembang manusia. Terutama pada masa awal kehidupan, gizi yang terpenuhi menjadi prioritas dalam penanggulangan stunting.
Hanya saja, konsumsi susu di Indonesia masih tergolong rendah. Melansir data Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat konsumsi susu masyarakat Indonesia tahun 2020 berada di angka 16,27 kg per kapita per tahun.
Angka tersebut masih lebih rendah dibanding negara tetangga. Vietnam misalnya, konsumsi susu masyarakatnya mencapai 20 kg per kapita per tahun. Sedangkan Malaysia lebih tinggi lagi, yaitu 50 kg per kapita per tahun.
Ketua DPP Persagi Bidang Ilmiah, Dr. Marudut Sitompul menyebutkan, susu merupakan bagian dari jenis pangan yang terdapat dalam pedoman gizi seimbang yang disusun dalam Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 41 Tahun 2014.
“Sebagai jenis pangan pada pedoman gizi seimbang, susu bisa meningkatkan status gizi anak, perempuan, dan keluarga secara keseluruhan,” kata Marudut yang juga Dosen Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Jakarta II, dalam sesi diskusi di Pabrik Frisian Flag Indonesia Cikarang, Selasa (15/10/2024).
Corporate Affairs Director PT Frisian Flag Indonesia, Andrew F. Saputro (Tengah). (Urbanasia)
Marudut menambahkan, di beberapa negara, susu menjadi salah satu produk yang digunakan pemerintah untuk menekan tiga beban masalah gizi, yaitu gizi kurang, defisiensi mikronutrien, dan gizi lebih.
Susu, kata Marudut, juga digunakan untuk mengatasi masalah stunting pada masa awal pertumbuhan anak. Sementara pada usia lanjut, imbuhnya, susu dapat mengurangi masalah osteoporosis atau kekeroposan tulang yang jumlahnya terus meningkat.
Peningkatan konsumsi susu pada masyarakat tentu harus diimbangi dengan produksi susu pada sektor industri.
Menurut Ahli Teknologi Pangan IPB, Prof. Purwiyatno Hariyadi, peusahaan susu bisa berkontribusi lebih dalam memecahkan masalah gizi yang dihadapi oleh Indonesia.
“Industri susu memiliki peranana yang strategis dalam pembangunan gizi bangsa,” kata Purwiyatno dalam kesempatan yang sama.
Dalam kesempatan tersebut, Purwiyatno mengapresiasi fasilitas produksi susu milik Frisian Flag Indonesia yang berada di Cikarang, Jawa Barat ini.
Menurutnya, dengan teknologi produksi yang modern dan terkendali seperti pada pabrik baru tersebut, keamanan pangan produk susu akan terjamin dan pilihan produk bermutu akan lebih beragam.
“Dengan demikian, masyarakat memiliki akses yang lebih luas terhadap produk susu sesuai dengan kebutuhan gizi mereka,” katanya.
Senada dengan Purwiyatno, Corporate Affairs Director PT Frisian Flag Indonesia, Andrew P. Saputro menyebutkan, pabrik FFI di Cikarang disiapkan untuk menjadi mitra pemerintah dalam pemenuhan gizi masyarakat.
“Kapasitas produksi di pabrik baru yang lebih besar memungkinkan FFI memberikan akses ke lebih banyak konsumen di setiap tahap kehidupan mereka,” kata Andrew.
Pabrik Frisian Flag Indonesia (FFI) di Cikarang diresmikan pada Selasa (2/7/2024) lalu di atas lahan seluas 25,4 hektar. Fasilitas produksi dengan investasi senilai Rp 3,8 Triliun ini mampu memproduksi 700 juta - 1 miliar kg susu per tahun.
Sejumlah fasilitas unggulan dan teknologi ramah lingkungan turut diterapkan dalam pabrik FFI di Cikarang ini.
Misalnya penggunaan Biomass Boiler untuk menghasilkan tenaga uap, pengelolaan air menggunakan Waste Water Recycling, pallet ramah lingkungan, hingga atap Solar Panel dalam mewujudkan praktik bisnis berkelanjutan.