URstyle

Peran Penting Komunitas dalam Penanggulangan TBC

Urbanasia, Selasa, 29 April 2025 16.38 | Waktu baca 2 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Peran Penting Komunitas dalam Penanggulangan TBC
Image: Talkshow dan konferensi pers dalam rangka Peringatan Hari Tuberkulosis Sedunia 2025. (Urbanasia)

Jakarta - Tuberkulosis atau TBC adalah salah satu jenis penyakit menular yang mematikan. Penyakit ini menyerang paru-paru dan organ tubuh lain, yang bisa menular melalui udara.

TBC menjadi penyakit paling mematikan di dunia. Pada tahun 2023, sebanyak 8,2 juta orang diperkirakan sudah terserang penyakit ini, dengan jumlah kasus baru yang terus melonjak sejak tahun 1995.

Di Indonesia, pada 2020 tercatat ada 824 ribu kasus. Jumlah terus meningkat pada tahun-tahun berikutnya, yaitu 969 ribu kasus pada 2021, dan 1,06 juta kasus pada 2023.

Menurut Ketua Tim Kerja TBC Kementerian Kesehatan, dr. Tiffany Tiara Paksi, penemuan kasus TBC dalam 2 tahun terakhir sempat terbengkalai akibat COVID-19.

Meski demikian, lanjutnya, pihaknya tetap berkomitmen untuk mengeliminasi TBC di Indonesia. Salah satunya melalui Peraturan Presiden No 67 Tahun 2021.

“Sekarang TBC sudah menjadi isu prioritas, dan Indonesia komitmen dalam eliminasi TBC,” katanya konferensi pers dalam rangka Hari Tanpa Tuberkulosis Sedunia 2025, Senin (28/4/2025).

Sementara itu, Direktur Eksekutif STOP TB Partnership Indonesia (STPI), dr. Henry Diatmo menjelaskan, penanggulangan TBC tidak bisa dilakukan secara sporadis.

Menurutnya, TBC bisa ditanggulangi jika semua pihak saling bahu-membahu, mulai dari pemerintah, tenaga kesehatan, hingga komunitas di masyarakat.

“Komunitas menjadi peran kunci di masyarakat karena mereka bersentuhan secara langsung dengan pasien maupun penyintas TBC,” kata Henry dalam kesempatan yang sama.

Henry menambahkan, saat ini sudah banyak komunitas yang bergerak untuk menanggulangi TBC. Di antaranya adalah STPI dan PR Konsorsium Penabulu-STPI yang memberikan dukungan pada pasien TBC, advokasi ke pemerintah, hingga melibatkan swasta.

Komunitas, kata Henry, juga menjadi wadah bagi pasien atau penyintas dalam mengadukan masalah sosial yang dialami melalui LaporTBC.

“Dengan begitu, pasien atau penyintas TBC bisa merasa aman,” lanjutnya.

Peringatan Hari Tuberkulosis Sedunia 2025 mengusung tema ‘Terima Kasih Sudah Bertahan, Para Pejuang dan Pemerjuang TBC”, sebagai bentuk apresiasi terhadap para penyintas, tenaga kesehatan, dan relawan yang terus berjuang di tengah keterbatasan.

Selain konferensi pers dan talkshow, peringatan ini juga menghadirkan art exhibition ‘Cerita dalam Lensa’ yang dibuka untuk umum pada 28-30 April 2025 di Lantai Mezzanine, The Energy Building, Jakarta.

Pameran seni ini menampilkan 25–40 karya terbaik yang menggambarkan cerita perjuangan penyintas TBC, tantangan sosial, stigma, serta kekuatan komunitas dalam menghadapi penyakit ini.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait