URnews

Sudah 27 Hari, Berikut Perkembangan Perang Ukraina-Rusia

William Ciputra, Selasa, 22 Maret 2022 15.43 | Waktu baca 2 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Sudah 27 Hari, Berikut Perkembangan Perang Ukraina-Rusia
Image: Ilustrasi - pasukan militer Ukraina. (Dok. Kementerian Pertahanan Ukraina via mil.gov.ua)

Jakarta - Konflik Ukraina-Rusia sudah berlangsung selama 27 hari sejak Rusia pertama kali melancarkan serangan ke Ukraina pada tanggal 24 Februari 2022 lalu. 

Sejauh ini, pertempuran masih terus terjadi, jutaan warga sipil harus mengungsi, sedangkan perundingan damai masih belum menemui titik terang antara kedua pihak. 

Terbaru, Rusia melancarkan serangan ke Kota Mariupol. Menyusul serangan tersebut, Rusia memberikan ultimatum kepada militer Ukraina di kota tersebut untuk menyerah. Namun, ultimatum itu ditolak mentah-mentah oleh Kyiv. 

Sementara itu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy menegaskan bahwa perundingan damai antara pihaknya dan Rusia harus segera menemui kesepakatan. Jika tidak, dia khawatir eskalasi akan memburuk dan menjadi sebab perang yang lebih besar. 

Berikut Urbanasia rangkum perkembangan terakhir terkait konflik Ukraina-Rusia yang sudah berlangsung selama 27 hari:

Presiden Ukraina Ingin Berbicara Langsung dengan Presiden Putin

Menurut Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy, pembicaraan damai secara langsung antara dirinya dengan Presiden Rusia Vladimir Putin merupakan sebuah keniscayaan untuk mengakhiri konflik yang terjadi. 

“Tanpa pertemuan langsung, sangat mustahil kita bisa mengetahui apa yang mereka inginkan untuk mengakhiri perang ini,” kata Zelensky dikutip dari The Guardian, Selasa (22/3/2022). 

Meski demikian, Zelenskiy menegaskan bahwa Ukraina tidak akan pernah merespons segala bentuk ultimatum Rusia. Menurutnya, kota-kota yang sekarang diserang Rusia tidak akan menyerah dan menerima ‘penjajahan’ Rusia. 

Fakta Senjata Biologi Ukraina

Di tengah kecamuk perang, Rusia menuding Ukraina memiliki senjata biologis dan kimia. Bahkan hal itu menjadi salah satu sebab invasi militer dilakukan oleh Moskow. 

Namun, tuduhan tersebut diragukan oleh sejumlah pihak. Presiden Amerika Serikat Joe Biden menyebut tuduhan Rusia itu salah. Tak hanya itu, Biden juga menuding Rusia sebagai pihak yang memiliki dan menggunakan senjata biologis tersebut. 

“Putin semakin terjepit dan sekarang dia berbicara tentang kepalsuan yang baru,” kata Biden. 

Hal senada juga disampaikan oleh Pentagon. Markas Pertahanan Amerika Serikat itu bahkan mengklaim memiliki bukti terkait kejahatan perang yang dilakukan Rusia di Ukraina.

Persediaan Amunisi dan Rusia Menipis

Hal ini diungkap oleh pihak militer Ukraina. Disebutkan bahwa saat ini pasukan Rusia memiliki persediaan amunisi dan makanan yang hanya cukup untuk bertahan kurang dari tiga hari. 

Selain itu, pihak Ukraina juga mengklaim pasukan Rusia di Distrik Okhtyrka, Sumy, sudah menolak melaksanakan tugas yang diberikan. Hanya saja, kabar tersebut belum bisa divalidasi kebenarannya. 

Sekitar 10.000 Pasukan Rusia Terbunuh

Selama konflik terjadi, diperkirakan sekitar 10.000 orang pasukan Rusia tewas di medan pertempuran. Sementara sekitar 16.000 orang prajurit dilaporkan terluka sejak serangan pertama kali dilancarkan pada 24 Februari silam. 

Kabar tersebut diungkap oleh surat kabar pro pemerintahan Rusia, Komsomolskaya Pravda. Namun belakangan media tersebut mengklaim bahwa situs mereka telah diretas. 

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait