URnews

Tampilnya Saipul Jamil di TV Bisa Ngaruh ke Banyak Korban Kekerasan Seksual Loh

Nivita Saldyni, Jumat, 10 September 2021 08.24 | Waktu baca 3 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Tampilnya Saipul Jamil di TV Bisa Ngaruh ke Banyak Korban Kekerasan Seksual Loh
Image: Ilustrasi Korban Kekerasan Seksual (Pixabay/Surdumihail)

Jakarta – Usai bebas dari penjara karena kasus pelecehan seksual, pedangdut Saipul Jamil membuat heboh publik dengan tampil di berbagai program televisi (TV). Ternyata, banyak yang menilai tampilnya seorang mantan narapidana kasus pelecehan seksual seperti Saipul Jamil di layar kaca akan memberikan pengaruh kepada korban-korban dari kasus serupa.

Salah salah satu yang berpendapat adalah Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Bidang Pendidikan Restno Listyarti. Hal itu disampaikan Retno dalam sesi URtalks di Instagram Live Urbanasia, Kamis 9 September 2021.

“SJ sudah riwa-riwi di TV dengan ketawa-ketawa, tapi korban mungkin belum tentu sembuh dari traumanya karena biasanya kekerasan seksual itu bisa seumur hidup yang kemudian ini menurut saya ini akan sangat berpengaruh pada korban kekerasan seksual yang lain,” kata Retno.

Menurut Retno hal itu akan membuat korban-korban kekerasan seksual semakin takut untuk bersuara. Apalagi menurut data yang dimilikinya, dari 1.000 kasus kekerasan seksual yang diangkat, hanya enam yang berujung pelaku dipenjara.

“Kalau kemudian ini diglorifikasi seoalah-olah dia begitu masuk penjara kemudian keluar, bahkan di beberapa tempat seperti tidak bersalah lalu diberi tempat, diberi ruang dan menggunakan saluran publik untuk dia, saya rasa ini ketidakadilan bagi korban dan korban akan mengingat-ingat dia terus,” jelas Retno.

“Nah yang saya khawatirkan semakin orang gak berani bicara karena hanya 12 persen korban berani melaporakan dari total kasus yang terjadi. Jadi kalau kemudian kita biarkan ini terjadi, makin gak berani korban itu melaporkan,” pungkasnya.

Kata Pakar soal Bahaya Tampilnya Pelaku Kejahatan Seksual di Saluran Publik

Psikolog dari Universitas Indonesia, A. Kasandra Putranto pun mengatakan hal serupa. Menurutnya tampilnya mantan narapidana kasus pelecehan seksual ke layar kaca bukan hanya melukai korban dari pelaku tersebut, tapi juga korban-korban pelecehan seksual lainnya di luar sana.

“Yang jelas kalau memang menjadi korban dari kekerasan, apalagi kekerasan seksual, mau yang ringan, sedang, maupun berat, itu tidak dilihat dari perbuatannya pelaku tapi dilihat dari dari si korban, yang dirasakan apa? Ketika korban merasa dilecehkan, dihina, dipermalukan, apalagi sampai yang luka-luka dan sebagainya, kita bisa lihat secara medis diobati bisa sembuh tapi dari sisi psikologis itu luar biasa traumanya,” kata Kasandra.

Lebih lanjut, Kasandra menjelaskan trauma itu ada beragam jenisnya. Pertama, trauma yang berulang-ulang. Korban biasanya akan mengalami trauma dan mengingat kejadian yang telah menimpanya secara tiba-tiba.

Kedua, korban akan menghindar. Dari yang awalnya suka mengunjungi suatu tempat, dia tiba-tiba menghindarinya.

“Takut rumah, takut tempat sepi, takut lihat TV, itu akan menginatkan dengan pelaku,” kata Kasandra.

“Ketiga, dia merasa terancam. Nah bisa dibayangkan ketika ada glorifikasi dieluh-eluhkan, mohon maaf, sudah menjalani hukuman harusnya stay di bawah radar,” imbuhnya.

Menurutnya, bebasnya pelaku kejahatan seksual bukan berarti bebas sepenuhnya. Sebab jika tidak diawasi dan bahkan sampai tampil d saluran publik apalagi terjadi glorifikasi, malah akan menyakitkan bagi para korban-korban pelecehan seksual.

“Artinya kalau seorang pelaku, penjahat itu keluar dari penjara itu harusnya dimonitor, dia tidak boleh dekat, tidak boleh mengeluarkan pernyataan. Bisa dibayangkan ketika dia tampil kemudian ada glorifikasi, betapa sakitnya itu, bukan korban langsung saja tapi korban seluruh Indonesia pada ‘hah, ternyata segini aja penegakan hukum di Indonesia?’,” ungkap Kasandra.

Bahkan menurutnya dari sisi psikologi, ketika pelaku melakukan kejahatan kemudian dia menjapatkan penghargaan, mendapatkan perhatian, semua orang akan ingin menjadi penjahat karena semua orang ingin menjadi terkenal.

“Dan yang paling terjadi lagi adalah sebenarnya terjadi kekerasan berulang yang sebenarnya dilakukan oleh hampir seluruh rakyat Indonesia. Tolong ngaku deh siapa yang mendukung dan siapa yang tidak mendukung. Ketika mereka tidak mendukung berarti mereka memihak kepada korban, tetapi ketika mereka mendukung berarti mereka juga adalah pelaku kekerasan karena korban yang lain jadi terngiang-ngiang jadi terulang kembali traumanya dan itu sangat menyakitkan,” pungkasnya.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait