URstyle

Trauma Masa Kecil dan Efeknya ketika Dewasa

Kintan Lestari, Selasa, 26 Januari 2021 17.17 | Waktu baca 2 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Trauma Masa Kecil dan Efeknya ketika Dewasa
Image: Ilustrasi trauma masa kecil. (Freepik/yanalya)

Jakarta - Idealnya anak-anak menikmati kepolosan, kegembiraan, keajaiban, perasaan dilindungi serta dicintai semasa kecilnya.

Namun kenyataannya tidak semua anak seberuntung itu untuk menikmati semua hal-hal yang sudah disebutkan.

Ada peristiwa-peristiwa tidak menyenangkan yang dialami anak-anak yang kemudian membuat mereka trauma. Dan trauma tersebut pun bermacam-macam bentuknya.

Melansir Mental Health Center, bentuk trauma tersebut di antaranya muncul karena pernah jadi korban pelecehan seksual, melihat KDRT di rumahnya, di bully, punya penyakit parah, sampai jadi korban bencana alam yang skalanya besar seperti tsunami.

Orang dewasa saja terkadang tidak bisa mengatasi dampak peristiwa tersebut, apalagi anak-anak yang notabenenya tidak tahu apa-apa. Maka tak jarang trauma masa kecil terbawa sampai mereka sudah dewasa.

Kita ambil contoh anak yang dilecehkan secara emosional, fisik, atau seksual oleh orang yang dekat dengannya.

Begitu orang dekat itu 'melukai' anak, maka anak itu akan melihat orang tersebut dengan kacamata berbeda karena sudah tidak ada lagi rasa percaya dari anak.

Sementara itu apabila sewaktu kecil seorang anak mengalami kekerasan, maka cara adaptasi mereka akan peristiwa itu bisa muncul dalam beberapa bentuk, di antaranya:

- Dismissive Avoidant Attachment: Untuk bentuk ini anak akan menarik diri dari pergaulan dan lingkungan. Jadi ketika anak itu menjadi dewasa, mereka mungkin memilih untuk menjadi sangat mandiri dan tidak membutuhkan orang lain sebagai bentuk perlindungan diri.

- Fearful Avoidant Attachment: Untuk yang satu ini seorang anak akan jadi takut menjalin hubungan yang intim dengan orang lain. Sehingga saat dewasa, mereka yang mengalami ini seringkali tidak percaya dan sulit berbagi emosi dengan pasangannya.

- Anxious Preoccupied Attachment: Anak dengan pola ini umumnya saat kecil tidak merasakan ikatan kuat dengan orang tua. Maka dari itu saat dewasa mereka tidak merasa aman sehingga mereka akan sering membutuhkan validasi berulang dalam hubungan. 

Efek dari trauma anak sangat banyak, karena bergantung pada trauma yang dialami anak itu sendiri.

Menurut National Child Traumatic Stress Network, ada hubungan kuat antara trauma masa kanak-kanak dan perilaku berisiko tinggi seperti merokok, melakukan hubungan seks tanpa pengaman, dan mengalami penyakit kronis seperti penyakit jantung dan kanker. 

Lalu individu yang dulu pernah mengalami pelecehan kemungkinan besar akan mengalami stres dan kecemasan di kemudian hari. Stres dan kecemasan jangka panjang ini dapat menyebabkan gejala fisik serta masalah emosional sepanjang hidup. 

Singkatnya, trauma masa kecil menciptakan fondasi yang retak bagi individu selama sisa hidup mereka. 

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait