URtrending

Terinfeksi Virus Corona Tapi Tanpa Gejala, Justru Itu yang Bahaya

Nunung Nasikhah, Jumat, 3 April 2020 17.12 | Waktu baca 3 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Terinfeksi Virus Corona Tapi Tanpa Gejala, Justru Itu yang Bahaya
Image: istimewa

Malang - Sebuah penelitian terbaru menyatakan bahwa 1 dari 4 orang yang terpapar virus corona bisa jadi tidak menunjukkan gejala. Namun, mereka akan tetap bisa menularkan virus ke orang lain.

Pakar virus dari Universitas Brawijaya (UB) dr. Andrew William Tulle, M.Sc mengakui bahwa memang ada orang yang terjangkit virus corona jenis baru (SARS-CoV-2) tidak mengalami gejala seperti demam, sakit tenggorokan, hingga mengalami gangguan pernafasan.

Hal tersebut karena menurutnya, gejala COVID-19 yang muncul disebabkan oleh adanya kerusakan sel akibat terinfeksi oleh virus. Sementara pada yang tidak bergejala ada beberapa kemungkinan.

“Jumlah virus tidak cukup banyak, sehingga kerusakan selnya tidak sampai menimbulkan gejala. Hal ini bisa disebabkan oleh jumlah virus yang masuk hanya sedikit. Atau bisa juga sistem kekebalan tubuh orang tersebut cukup efektif dan bisa menekan pertumbuhan virus, sehingga jumlahnya nggak banyak,” papar Andrew kepada Urbanasia, Jumat (3/4/2020).

Ironisnya, penularan virus corona yang paling banyak terjadi selama ini justru dari mereka yang asimptomatik atau tanpa menunjukkan gejala.

"Ada penularan signifikan oleh orang-orang yang tidak menunjukkan gejala," kata Stephen Morse, seorang ahli epidemiologi di Universitas Columbia, sebagaimana dikuti dari Business Insider (3/4/2020).

Hal senada juga dikatakan oleh Robert Redfield, direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit. Ia mengatakan bahwa 25% orang yang terinfeksi virus corona tidak menunjukkan gejala apa pun atau jatuh sakit, tetapi mereka masih dapat menularkan penyakit tersebut kepada orang lain.

"Salah satu [informasi] yang telah kami konfirmasi cukup banyak sekarang adalah bahwa sejumlah besar orang yang terinfeksi sebenarnya tidak menunjukkan gejala," kata Redfield.

Orang yang terjangkit virus corona tanpa gejala ini, kata Redfield, kemungkinan berkontribusi terhadap penyebaran virus corona secara cepat di seluruh dunia.

Sayangnya, prevalensi penularan asimptomatik ini tidak menjadi pertanda baik bagi upaya penahanan COVID-19 secara global. Hal tersebut juga disebutkan oleh Bill Gates baru-baru ini dalam sebuah artikel yang diterbitkan dalam New England Journal of Medicine .

"Itu berarti COVID-19 akan jauh lebih sulit untuk dibendung daripada sindrom pernafasan Timur Tengah atau sindrom pernafasan akut yang parah (SARS), yang disebarkan jauh lebih efisien dan hanya oleh orang yang bergejala," kata Gates.

Kasus pertama yang mengkonfirmasi bahwa virus corona dapat ditularkan oleh orang tanpa gejala datang pada bulan Februari lalu. Saat itu dalam sebuah studi kasus, menggambarkan seorang wanita berusia 20 tahun dari Wuhan, Cina, yang meneruskan virus corona ke lima anggota keluarga tetapi tidak pernah secara mengalami gejala atau sakit.

Dalam studi WHO, 75% orang di China yang pertama kali diklasifikasikan sebagai asimptomatik kemudian mengalami gejala. Dengan kata lain, "transmisi presimptomatik" adalah sesuatu mungkin terjadi di banyak negara.

Selain itu, sebuah studi dari Center for Disease Control and Prevention (CDC) terhadap pasien coronavirus di panti jompo di King County, Washington, mengungkapkan bahwa dari 23 orang yang dites positif, hanya 10 yang menunjukkan gejala pada hari diagnosa mereka. Sementara sepuluh orang lainnya mengalami gejala seminggu kemudian.

The CDC juga mengevaluasi pasien COVID-19 di kapal pesiar Diamond Princess, yang dikarantina di Jepang pada bulan Februari. Dari 3.711 orang di dalamnya, 712 dinyatakan positif, tetapi hampir 50% dari mereka tidak memiliki gejala pada saat itu.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait