URtrending

Viral! Diduga Salah Penanganan Dokter, Wanita Ini Alami Penyempitan Saluran Napas

Tim Urbanasia, Jumat, 10 Februari 2023 11.40 | Waktu baca 5 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Viral! Diduga Salah Penanganan Dokter, Wanita Ini Alami Penyempitan Saluran Napas
Image: Ilustrasi dokter memberikan tindakan medis (pexels)

Jakarta - Viral di media sosial seorang pasien wanita meminta ganti rugi ke pihak RS EMC Sentul, Bogor. Sebabnya ia diduga mengalami penyempitan saluran nafas akibat kesalahan perawatan medis. 

Kronologi yang dialami oleh pasien bernama Putri itu mencuat ke publik usai diviralkan oleh akun Twitter @mazzini_gsp.

"Berawal dari luka di tangan, sampe melebar tindakannya ke mana-mana. Pasien merasa dirugikan oleh pihak RS EMC Sentul, tapi belum nemu solusinya apaan dari pihak @RSEMCSENTUL," tulis akun Twitter itu dikutip Urbanasia, Jumat (10/2/2023).

Kronologi Kejadian

Cuitan tersebut berisi sejumlah foto screenshot Instagram Story milik Putri. Ia bercerita tentang kejadian merugikan yang menimpanya pada 25 Desember 2022 lalu.

"Jadi gini guys, berawal dari luka di tangan trus gw ke IGD @rs.emc Sentul buat dapat pengobatan," kata Putri.

Putri mengaku memiliki riwayat alergi. Maka dari itu saat berobat ke RS mana pun dia selalu membawa daftar obat yang aman untuk ia konsumsi dan ditunjukkan ke dokter yang menanganinya.

"Inilah daftar obat yang selalu gw bawa ke mana pun sejak 2014," ujarnya.

Saat itu dia bingung apa alasan dokter memberikan skor rasa nyeri 7 pada luka ringan di tangannya dan painkiller di luar daftar obat yang dia bawa. Pasalnya, dokter tidak bertanya ke Putri seberapa sakit yang dia rasakan.

"Saat itu gw gak merasa sesakit itu loh, toh gw masih bisa mandiin anak, masih bisa masak sebelum ke rumah sakit," lanjutnya.

Putri menegaskan, sebelum mendapat tindakan medis dari dokter, dia telah menunjukkan daftar obat yang aman untuk dia minum terlebih dahulu ke dokter yang bersangkutan.

Namun entah kenapa, dokter tersebut memberikan obat injeksi di luar daftar. Akibatnya, selang 15 menit usai Putri mengonsumsi obat tersebut, alerginya kumat.

"Reaksinya adalah penyempitan saluran nafas dan saat itu kondisi gw berisiko henti nafas atau meninggal dunia," tegas Putri.

Putri hanya bisa menangis saat alerginya kambuh. Ia juga mengaku tidak bisa berbicara dan sulit menelan ludah saking sempitnya saluran pernapasannya saat itu. 

"Dan WA suami untuk segera datang mumpung gw masih sadar. Saat itu gw cuma dianter doang gak ditungguin karena dikira cuma jahit luka tangan," sambungnya.

Setelah kondisi Putri semakin parah, dokter itu kemudian memintanya untuk menunggu dokter bedah untuk menangani lukanya. 

Diminta Rawat Inap

Putri lalu mendapat penanganan dari dokter bedah selama kurang lebih 3 jam. Di waktu yang sama, dokter bedah bertanya kepada dokter jaga apa penyebab Putri mengalami kondisi tersebut.

"Jawaban dokter jaganya bikin gw syok. Dokter jaganya nyalahin gw katanya gw yang bilang gw gak alergi. Gw bahkan gak tau nama obatnya. Padahal gw udah nunjukin daftar obat yang aman loh," ungkapnya kesal.

Lebih lanjut, kondisi Putri berangsur membaik. Luka di tangannya sudah dijahit dan tidak ada luka serius. Namun lagi-lagi Putri dibuat kebingungan.

"Seharusnya gw udah bisa pulang dong ya, tapi malam itu si dokter jaga meminta gw untuk dirawat inap saja," lanjut Putri.

Putri pun menolak dengan alasan dia memiliki seorang anak yang masih harus ia susui di rumah. Namun dokter jaga tetap memaksanya untuk tinggal di rumah sakit untuk diobservasi.

Akhirnya Putri pun rawat inap di RS tersebut selama satu malam. Kemudian, berdasarkan pengecekan dokter, ia diminta untuk istirahat selama 3 hari dan kontrol ke RS seminggu kemudian. 

Merasakan Kejanggalan

Keesokan harinya sebelum pulang, dia meminta perawat untuk memanggil Manajer on Duty (MOD) rumah sakit untuk meminta pertanggung jawaban. Sayangnya, pihak RS beralasan manajemennya saat itu tengan libur.

"Jadi nanti akan dibahas kalau mereka sudah pada masuk," katanya.

Putri lantas mengurus biaya perawatan selama di sana, namun dia juga merasa ada sedikit kejanggalan.

"Agak aneh gak sih gw membayar untuk sakit yang disebabkan oleh dokter di rumah sakit itu sendiri. Yang bikin gw sakit dan akhirnya dirawat inap siapa? Yang suruh gw control lagi ke dokter mereka siapa? Tapi kenapa gw yang bayar semuanya?," paparnya.

Dihubungi Pihak RS

Usai kejadian itu, Putri mengaku dihubungi oleh pihak deputi medik RS EMC Sentul. Dalam saluran telepon itu, pihak RS menekankan tidak ada kesalahan prosedur dari dokter jaga IGD yang menangani Putri.

Menurut penjelasan pihak RS, reaksi alergi Putri adalah kejadian tidak terduga dan dokter yang bertugas telah menjalankan penanganan yang tepat.

Penjelasan pihak RS membuat Putri kecewa. Pasalnya, ia menilai kambuhnya alergi Putri bisa dicegah dan tidak perlu terjadi.

"Tapi entah kenapa dokter memutuskan menggunakan obat di luar daftar dan pada akhirnya beralasan bahwa kondisi gw kemarin adalah unpredictable condition," lanjut Putri.

Lebih jauh, Putri akhirnya diminta untuk mengirim pesan email ke pihak RS untuk mendapatkan solusi atas kejadian yang telah merugikannya. Saat itu Putri menuntut permohonan maaf dari pihak RS dan pengembalian biaya RS yang dia bayarkan.

Sayangnya jawaban dari pihak RS EMC Sentul tidak sesuai dengan harapan Putri. Dia sangat kecewa dengan respons dari pihak RS yang terkesan menyepelekan nyawanya yang hampir melayang.

"Mereka bilang yang terpenting adalah penanganan reaksi alergi sudah sesuai. Beda cerita kalau sampai gw henti nafas, masih bisa dibilang unpredictable condition?" ujar Putri. 

Di akhir postingan, Putri menjelaskan dia baru membeberkan kejadian itu ke publik karena sebelumnya masih menunggu i'tikad baik dari pihak RS EMC Sentul, namun hasilnya nihil.

"Gw angkat bicara karena gw gak mau ada kasus serupa terjadi di rumah sakit mana pun," pungkasnya.

Sejauh ini belum ada pernyataan resmi dari pihak rumah sakit terkait viralnya unggahan Putri ini. 

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait