URtrending

URtopic: Belajar dari Relawan Sopir Ambulans Perempuan COVID-19

Tim Urbanasia, Senin, 11 Mei 2020 16.33 | Waktu baca 5 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
URtopic: Belajar dari Relawan Sopir Ambulans Perempuan COVID-19
Image: Ilustrasi sopir ambulans perempuan. (Urbanasia)

Jakarta - Selain dokter dan perawat, menjadi relawan dalam penanganan virus Corona (COVID-19) ternyata bukanlah hal yang mudah untuk dibayangkan. 

Pekerjaan yang begitu rentan dengan nyawa, tingkat permintaan yang tinggi dan juga harapan masyarakat yang besar terhadap tenaga medis Indonesia dalam mengatasi virus ini menjadi beban besar yang harus ditanggung oleh tim medis, termasuk relawan.

Meski begitu, ternyata kondisi tersebut tidak menyulutkan niat seorang Ika Dewi Maharani.

Ika Dewi Maharani merupakan seorang perawat yang saat ini sedang menunggu wisuda program studio S1. Dengan modal pendidikan D3 dan pengalamannya selama empat tahun di rumah sakit, membuatnya bertekad untuk melayani mereka yang terkena COVID-19.

Ia mengaku terketuk hatinya untuk menjadi sukarelawan medis perempuan yang bertugas sebagai sopir ambulans di bawah naungan Relawan Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19.

"Saya perawat, saya bisa menyetir juga, kenapa enggak saya terjun di sini," begitu Ika mengawali ceritanya saat dihubungi tim Urbanasia baru-baru ini.

Dia bercerita bahwa kasus COVID-19 yang semakin hari semakin meningkat membuatnya mendaftarkan diri.

"Setelah saya diterima saya membeli tiket untuk ke Jakarta dengan modal saya sendiri. Saya mau melayani, akhirnya saya berangkatlah ke Jakarta," ungkapnya.

Sebelum ke Jakarta, Ika terlebih dulu meminta restu kepada orangtuanya. Dia menghubungi mamanya yang langsung terkejut dan sempat menentang karena melihat kondisi Jakarta, 'sarang' dari penyebaran COVID-19.

"Kamu tuh sudah gila, di situ, di Jakarta tuh sarangnya corona kok kamu mau ke sana," cerita Ika menirukan ucapan mamanya.

Namun, karena sudah memiliki tekad yang kuat, Ika meyakinkan mamanya kalau tugasnya sebagai perawat adalah melayani. Bagi Ika, seorang perawat harus tetap melayani bagaimana pun kondisi dan kesehatan pasien. Dia juga meyakinkan mamanya kalau selama bertugas, dia mengenakan APD yang lengkap.

"Akhirnya mama memberikan restu untuk berangkat," kata perempuan asal Loloda, Halmahera Barat tersebut.

Ika bertugas selama 12 jam per harinya, dari jam 9 pagi hingga 9 malam. Dia bertugas sehari masuk, dan sehari libur. Sebelum memulai tugasnya, dia dan rekannya harus menjaga kondisi tubuhnya dengan seperti sarapan, mengonsumsi multivitamin, dan minum susu.

"Saya juga rutin mengonsumsi susu sebanyak tiga kali dalam sehari.

Setelah memperhatikan kondisi tubuh, dia lalu memastikan kondisi ambulan yang akan dia bawa. Membersihkan ambulans, mengecek perlengkapan (APD, tabung gas dll), serta memastikan bensin dalam keadaan full.

"Kita wajib membersihkan ambulans. Jadi, supir iya, perawat iya. Kita cek semuanya juga," jelasnya.

Saat ditanya tantangan terbesar menjadi satu-satunya perempuan yang bertugas menjadi sopir ambulans di wilayah Jabodetabek, tentu ini membuat dirinya merasa bangga sekaligus sedih.

"Bangganya adalah sebenarnya saya diberi amanah menjadi salah satu driver ambulans di antara total 16 ambulans yang bertugas. Sebenarnya, ada 2 perempuan teman saya, tapi keduanya bertugas sebagai asisten driver. Kalo di ambulans kan setiap ambulan itu ada 2 orang, 1 driver dan 1 asisten. Jadi, karena mereka berdua nggak bisa nyetir, jadi saya yang nyetir," papar dia.

Ika pun juga menjelaskan bahwa tantangan sebagai sopir ambulans di wilayah Jabodetabek adalah mulai dari menghafal medan jalan, menguasai kendaraan hingga mencari jalur alternatif jika terjadi sesuatu di jalan raya.

"Kita kan nggak pernah tahu juga maaf, jika terjadi kecelakaan kita juga harus siap dengan kondisi tersebut," kata dia.

Kepada tim Urbanasia, Ika juga menceritakan tentang pengalaman yang paling berkesan dan tak terlupakan. Saat itu, dia mendapat tugas mengantar seorang pasien yang berusia lanjut. Dia harus menjemput dengan jarak yang lumayan jauh, dari Depok ke Pondok Bambu.

Dia mengaku mengalami kesulitan saat menghadapi macet karena penyempitan jalan di daerah Lenteng Agung. Kondisi tersebut akhirnya membuatnya pusing. Namun, saat sampai di Depok, hatinya justru tersentuh saat melihat pasien berusia lanjut itu.

Hatinya tersentuh saat melihat pasien tersebut didampingi sang istri yang setia berada di sampingnya, Meski penyakit yang diderita sang suami saat itu adalah COVID-19 dan menurut Ika, bisa saja pasien tersebut mengalami drop.

"Si ibu ini tetap mendampingi beliau. Jadi itulah yang kadang kita lihat mau sampai tua harus tetap mendampingi baik dalam suka atau duka," beber Ika.

Ditambah lagi, pasien tersebut sangat terlihat sabar meski harus menunggu lama di perjalanan. Bahkan, saat mengantar pasien tersebut, Ika juga harus mengantri di jalanan sampai saat memasuki Wisma Atlet.

Namun saat ia melihat pasien tersebut tersenyum sambil mengucapkan rasa terima kasih. Momen inilah yang kemudian menambah rasa semangat Ika.

"Pasiennya aja semangat, kita harus tetap semangat. Kesenangan pasien itu dapat membawa obat buat kita. Seletih apapun kita, kalau pasiennya senang, letih mau seperti apapun akan hilang," ujarnya penuh semangat.

Sementara itu, di lain kesempatan, saat Urbanasia mencoba menghubungi Ketua Tim Koordinator Relawan Gugus Tugas, Andre Rahadian mengatakan bahwa total relawan yang terdaftar dalam naungan Relawan Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 berjumlah 29.752 orang. 

"Dari jumlah tersebut, terbagi atas 6.995 utk medis, sisanya 22.757 non medis. Untuk relawan tim medis sudah disebar ke seluruh RS rujukan di wilayah DKI Jakarta dan ada total 1.200 relawan yang langsung bekerja," jelas Andre, sapaan akrabnya.

Dalam pemaparannya, Andre mengatakan bahwa para relawan tenaga medis, termasuk seperti Ika Dewi Maharani harus mempunyai STR atau Surat Tanda Registrasi. 

"Kami bekerjasama dengan PMI, para relawan yang telah lolos seleksi diterbangkan dari pulau-pulau sperti Sumatera, Kalimantan, hingga Sulawesi. Total ada 70 orang dan 34 orang di kloter sebelumnya untuk membantu Jakarta," paparnya.

Dia pun sempat mengungkapkan bahwa kebutuhan tim relawan Gugus Tugas masih sangatlah tinggi. Hal ini mengingat, berdasarkan data laporan seminggu terakhir ada 1.000 ABK (Anak Buah Kapal) dan Pekerja Migran Indonesia yang pulang ke Jakarta lalu ditampung di hotel-hotel dan akhirnya dibawa ke Rumah Sakit Darurat.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait