URnews

Viral Aksi Satpol PP Rusak Ukulele Pengamen, Bens Leo: Gak Boleh Itu

Nivita Saldyni, Selasa, 8 Juni 2021 15.46 | Waktu baca 2 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Viral Aksi Satpol PP Rusak Ukulele Pengamen, Bens Leo: Gak Boleh Itu
Image: Pengamat musik Bens Leo (@bensleo52/Instagram)

Jakarta - Pengamat musik Bens Leo menilai tindakan Satpol PP Pontianak yang sempat viral karena merusak alat musik ukulele pengamen seharusnya tidak boleh dilakukan. Menurutnya, jika Satpol PP melakukan hal itu untuk penertiban, maka harus melihat aspek edukasi dan kemanusiaan.

"Gak boleh itu sebetulnya, kalau mau menertibkan itu kan mesti melihat aspek edukasi dan kemanusiaan kan sebetulnya," kata Bens Leo saat dihubungi Urbanasia lewat telepon, Selasa (8/6/2021).

"Nah kalau alat musik itu kan untuk teman-teman yang bergerak di musik jalanan, itu gak boleh orang-orang kaya gitu dirusak alat musiknya. Seharusnya itu ditindak oleh aparat diatasnya," imbuhnya.

Bens Leo pun menilai, terkadang petugas yang turun ke lapangan, seperti halnya Satpol PP, kerap bergerak dengan emosinya. Ia juga menganggap sikap tersebut seringkali melewati batas kemanusiaan saat menjalankan tugasnya.  

"Orang di lapangan ini kan kadang-kadang emosinya yang bergerak. Saya kadang-kadang kalau lihat penertiban oleh Satpol PP itu mereka seringkali melewati batas kemanusiaan, itu yang agak mengerikan sekali. Apalagi kalau itu pemusik jalan. Karena ini (pemusik jalanan) punya organisasi loh, pemusik jalanan itu kan ada organisasinya seperti di Jakarta dipimpin oleh Mas Anto Baret, Kelompok Penyanyi Jalanan (KPJ)," jelasnya.

Lalu, bagaimana dengan sikap Wali Kota Pontianak yang sudah minta maaf dan berjanji akan mengganti alat musiknya?

Bens Leo menilai langkah yang diambil Wali Kota Pontianak Edi Rusdi Kamtono dengan meminta maaf dan berjanji akan mengganti alat musik yang telah dirusak oleh Satpol PP Pontianak itu sangat tepat. Menurutnya sikap Edi telah menunjukkan bahwa ia memiliki empati terhadap para seniman musik.

"Sangat tepat karena itu berarti memiliki empati terhadap profesi dari seniman musik," kata Bens Leo.

"Pengamen ini juga seniman musik, cuma kadang-kadang kita ada yang melihat mereka bermain selintas di perempatan jalan tanpa kita mengapresiasi apakah mereka bisa nyanyi benar atau tidak. Kalau saya lihat banyak sekali pengamen yang jadi musisi juga di industri musik kita ini, misalnya kaya KPJ," lanjutnya.

Nah, Bens Leo mencontohkan hadirnya Warung Apresiasi (Wapress). Menurutnya, kehadiran ruang-ruang seperti inilah yang dibutuhkan oleh musisi-musisi jalanan.

"KPJ itu pendirinya Mas Anto Baret di Jakarta Selatan, nama tempatnya untuk perform itu adalah Wapress, Warung Apresiasi. Itu di Warung Apresiasi banyak seniman yang mereka bergerak di jalanan, dia bikin rekaman bareng oleh mereka, kompilasi dan itu dijual di situ, di Warung Apresiasi. Tapi pandemi virus ini kan (membuat) tempat-tempat seperti itu ditutup dan sekarang pada akhirnya mereka masuk ke jalanan lagi," tutupnya.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait