URtrending

WHO Sebut COVID-19 Ternyata Masih Gelombang Pertama

Kintan Lestari, Rabu, 17 Juni 2020 19.49 | Waktu baca 2 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
WHO Sebut COVID-19 Ternyata Masih Gelombang Pertama
Image: Michael Ryan, Direktur Eksekutif Program Keadaan Darurat Kesehatan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). (YouTube Global News)

Jakarta - Beberapa minggu belakangan banyak negara yang mengaku sukses 'mengatasi' wabah virus corona, entah memang benar kasusnya teratasi atau karena keinginan untuk menyelamatkan perekonomian.

Amerika Serikat misalnya. Setiap negara-negara bagian tersebut mulai membuka kembali area bisnis, tempat umum, sampai tempat ibadah dengan sejumlah protokol kesehatan. Namun lebih dari 21 negara bagian kembali melihat kemunculan kasus-kasus infeksi baru.

Kondisi itu membuat orang berasumsi negaranya tengah memasuki gelombang kedua COVID-19, guys.

Padahal menurut Michael Ryan, direktur eksekutif Program Keadaan Darurat Kesehatan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), istilah itu tidak tepat.

Dalam konferensi pers bulan Mei lalu Ryan menyebut sejumlah negara masih di gelombang pertama COVID-19, tepatnya di puncak kedua gelombang pertama COVID-19. Jadi belum sampai ke gelombang kedua, melainkan puncak kedua.

"Kita belum sampai ke gelombang kedua. Kita masih di tengah gelombang pertama secara global. Dan jika kita melihat data dari beberapa negara kita masih ada di fase dimana penyakit ini masih berjalan," ungkap Ryan.

Ryan mengungkap ketika berbicara gelombang kedua secara klasik yang dimaksudkan adalah bahwa akan ada gelombang pertama penyakit yang dengan sendirinya menurun ke tingkat yang sangat rendah, dan itu sudah terjadi beberapa bulan ini.

Tapi perlu diingat bahwa penyakit ini dapat melonjak kapan saja ya, guys.

"Kita tidak dapat membuat asumsi bahwa hanya karena penyakitnya sedang menurun sekarang, karena penyakit ini akan terus turun, kita akan mendapatkan beberapa bulan untuk bersiap-siap untuk gelombang kedua. Kita mungkin ada di puncak kedua gelombang ini," ujarnya.

Ryan menyebut ini pernah terjadi saat flu Spanyol tahun 1919 lalu. Menurutnya hampir seluruh negara akan kedatangan puncak kedua, dan bukan gelombang kedua. 

Ia meminta negara-negara di seluruh dunia harus terus menempatkan kesehatan publik dan mengukur kesehatan masyarakat mengukur langkah-langkah pengujian dan strategi komprehensif untuk memastikan bahwa lintasan menurun sehingga tidak langsung terjadi puncak kedua. 

Menurutnya apakah gelombang kedua akan muncul atau tidak baru bisa diprediksi setidaknya akhir tahun.

"Kita kemudian harus melihat di akhir tahun apakah ada kemungkinan gelombang kedua infeksi datang. Dan itu sangat memprihatinkan ketika kita melihat kemungkinan memiliki gelombang infeksi kedua yang mungkin juga terkait dengan musim influenza, sehingga kemungkinan akan sangat mempersulit hal-hal untuk Pengendalian Penyakit," tambahnya lagi. 

Kalo Urbanreaders mau melihat penjelasan lengkap WHO, kalian bisa saksikan berikut ini!

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait