URstyle

66 Anak di Gambia Meninggal, Diduga Akibat Obat Paracetamol Merek India

Priscilla Waworuntu, Rabu, 12 Oktober 2022 17.02 | Waktu baca 3 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
66 Anak di Gambia Meninggal, Diduga Akibat Obat Paracetamol Merek India
Image: Obat batuk/istimewa

Jakarta -- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengeluarkan peringatan atas empat sirup obat batuk dan pilek yang dibuat oleh Maiden Pharmaceuticals di India. WHO mencurigai bahwa obat batuk dan pilek yang memiliki kandungan paracetamol ini, bisa dikaitkan dengan kematian 66 anak di Gambia, Afrika Selatan akibat gagal ginjal

Badan kesehatan PBB juga memperingatkan obat-obatan yang terkontaminasi mungkin telah didistribusikan di luar negara Afrika Barat, dengan kemungkinan paparan secara global.  Kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan kepada wartawan bahwa empat obat flu dan batuk yang dimaksud "berpotensi dikaitkan dengan cedera ginjal akut dan 66 kematian di antara anak-anak".

“Hilangnya nyawa anak-anak muda ini sangat memilukan bagi keluarga mereka.” ungkap Tedros, yang dikutip dari The Guardian pada Rabu (12/10/2022). 

Menurut peringatan produk medis yang dikeluarkan WHO, keempat produk obat batuk dan pilek tersebut adalah Promethazine Oral Solution, Kofexmalin Baby Cough Syrup, Makoff Baby Cough Syrup dan Magrip N Cold Syrup.

Selain itu, menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI, pihaknya memastikan empat produk obat batuk sirup mengandung paracetamol yang diduga memicu kematian puluhan anak di Gambia,  tidak terdaftar di Indonesia.

"Terhadap keempat produk yang diberitakan di Gambia, BPOM telah melakukan penelusuran data dan diketahui bahwa keempat produk tersebut tidak terdaftar di Indonesia," demikian keterangan resmi BPOM yang dikonfirmasi melalui Humas BPOM RI di Jakarta, ungkapnya dikutip ANTARA pada Rabu (12/11/2022). 

Berbeda dengan Gambia, saat ini pihak berwenang Gambia mulai mengumpulkan paracetamol dan sirup prometazin dari rumah tangga pedesaan di Wilayah Pantai Barat dan Wilayah Sungai Hulu. Penyelidikan kementerian kesehatan Gambia, yang dimulai pada Juli dan sedang berlangsung, juga menyebutkan bakteri E. coli sebagai kemungkinan penyebab wabah gagal ginjal akut.

“Hasil awal dari penyelidikan yang sedang berlangsung menunjukkan bahwa kemungkinan besar sirup parasetamol dan prometazin yang menyebabkan kasus cedera ginjal akut dalam wabah ini,” kata Abubacarr Jagne, ahli nefrologi yang memimpin penyelidikan kementerian kesehatan. 

Pada 23 September pun pihak otoritas kesehatan juga melakukan penarikan obat yang mengandung parasetamol atau sirup prometazin. Selain itu, pengaruh lain yang menyebabkan hal ini adalah karena di bulan Juli lalu, Gambia sempat mengalami banjir terparah selama beberapa tahun terakhir sehingga baik selokan maupun jamban menjadi meluap.

“Sejak Juli 2022, telah terjadi peningkatan jumlah penyakit ginjal parah dengan kematian tinggi di kalangan anak-anak terutama setelah penyakit diare,” kata kementerian itu dalam sebuah pernyataan pada bulan September. "Bakteri E. coli ditemukan dalam tinja banyak anak, tetapi banyak juga yang mengonsumsi sirup paracetamol." Jagne menambahkan.

Sampai saat ini, produsen yang disebutkan belum memberikan jaminan kepada WHO tentang keamanan dan kualitas produk ini. Mereka juga menambahkan bahwa analisis laboratorium terhadap sampel produk mengkonfirmasi bahwa obat-obat tersebut mengandung jumlah dietilen glikol dan etilen glikol yang tidak dapat diterima sebagai kontaminan.

Zat-zat itu beracun bagi manusia dan bisa berakibat fatal. Efek toksiknya termasuk sakit perut, muntah, diare, ketidakmampuan untuk buang air kecil, sakit kepala, perubahan kondisi mental dan cedera ginjal akut yang dapat menyebabkan kematian.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait