URnews

AS Jadi Episentrum Cacar Monyet di Dunia, Tembus 4.638 Kasus

Nivita Saldyni, Kamis, 28 Juli 2022 21.04 | Waktu baca 2 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
AS Jadi Episentrum Cacar Monyet di Dunia, Tembus 4.638 Kasus
Image: Ilustrasi - Pemandangan salah satu kota di AS. (Pexels/Pixabay)

Jakarta - Amerika Serikat (AS) kini menjadi episentrum wabah cacar monyet atau monkeypox di dunia. Berdasarkan data terbaru Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS, saat ini kasus cacar monyet di Negeri Paman Sam itu telah tembus angka 4.638 per Rabu (27/7/2022) pukul 14.00 waktu setempat.

Dilansir dari laman CDC, jumlah ini mengalami peningkatan sekitar 1.000 kasus dalam 24 jam terakhir. Hal ini membuat AS menduduki peringkat pertama kasus terbanyak cacar monyet saat ini. Kemudian di urutan kedua ada Spanyol dengan 3.738 kasus, disusul Jerman dengan 2.459 kasus di urutan dan UK dengan 2.432 di urutan ke empat.

Berdasarkan laporan Daily Mail, CDC menyebut peningkatan kasus ini diduga karena meningkatnya kapasitas pengujian, dari 10.000 menjadi 80.000 tes per minggu dengan skala nasional. Hal senada juga diungkapkan oleh Dr Bill Hanage, seorang ahli epidemiologi dari Universitas Harvard yang menilai Pemerintah AS terlambat memulai pengujian secara luas dan membuat jumlah kasus meningkat pesat.

Namun hal ini ternyata cukup berhasil membuat para ahli khawatir penyakit ini telah menyebar ke kelompok-kelompok rentan, seperti anak-anak di bawah delapan tahun. Apalagi hingga saat ini sudah ada dua anak di California telah terkonfirmasi positif cacar monyet dalam data CDC.

Wabah ini sendiri telah dinyatakan WHO sebagai keadaan darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional (PHEIC) sejak Sabtu (23/7/2022). Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus bahkan telah menyebut Amerika jadi salah satu kawasan yang paling terdampak wabah cacar monyet per 27 Juli 2022, selain Eropa.

Menurut catatan Tedros, dari lebih 18.000 kasus cacar monyet di 78 negara yang dilaporkan ke WHO, lebih dari 70 persen berasal dari kawasan Eropa dan 25 persen dari Amerika. Sebanyak 98 persen dari total kasus yang dilaporkan tercatat menyerang pada pria yang berhubungan seks dengan sesama jenis.

Sementara dilansir dari laman Gedung Putih, meski wabah ini belum menyebabkan kematian di negaranya, Pemerintah AS telah mengambil tindakan serius sejak kasus pertama dikonfirmasi pada 18 Mei lalu.

Tindakan tersebut di antaranya dengan pengadaan vaksinasi, pengujian, dan perawatan bagi pasien yang membutuhkan. Termasuk diantaranya menjalin komunikasi dengan penyedia layanan kesehatan, pejabat kesehatan masyarakat, dan masyarakat setiap hari untuk meningkatkan kesadaran tentang wabah tersebut.

"Sebagai bagian dari strategi keterlibatannya yang kuat, kami memfasilitasi akses ke vaksin, perawatan, dan tes. Pemerintah juga akan terus terlibat langsung dengan para pemimpin dan pemangku kepentingan dalam komunitas LGBTQI+ untuk bekerja sama mencegah dan memerangi stigma dan bias, dan mendorong pengujian dan akses vaksin serta kesetaraan kesehatan bagi komunitas LGBTQI+ melalui strategi pelibatan pemangku kepentingan yang komprehensif," pungkas Gedung Putih.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait