URstyle

Gejala Cacar Monyet yang Harus Diwaspadai

Hanisa Sutoyo, Rabu, 27 Juli 2022 14.08 | Waktu baca 3 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Gejala Cacar Monyet yang Harus Diwaspadai
Image: Ilustrasi cacar monyet (WHO)

Jakarta - Penyakit cacar monyet atau yang dikenal dengan monkeypox telah ditetapkan sebagai darurat kesehatan global. Karena itu, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) meminta semua dokter untuk waspada terhadap gejala yang menjangkiti pasien.

Salah satu anggota Perhimpunan Dokter Speasialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), Adityo Susilo mengatakan penyakit ini diketahui bisa menular dengan mudah melalui kontak manusia ataupun kulit hewan yang terinfeksi.

"Adapun penularan antarmanusia, diduga dapat terjadi sebagai akibat dari kontak erat dengan pasien yang terinfeksi secara langsung melalui paparan terhadap sekresi saluran napas yang terinfeksi, kontak dengan lesi kulit pasien secara langsung, maupun berkontak dengan objek yang telah tercemar oleh cairan tubuh pasien," ujarnya dalam keterangan tertulis IDI, Rabu (27/07/2022).

Meski belum terdeteksi di Indonesia, tapi kasus cacar monyet sudah ditemukan di Singapura. Maka dari itu, IDI memerlukan kewaspadaan ekstra agar penyakit ini tidak mewabah di Indonesia.

Diketahui cacar monyet adalah suatu penyakit infeksi virus bersifat zoonosis yang jarang terjadi. Umumnya, kondisi ini terjadi di lokasi yang berdekatan dengan daerah hutan hujan tropis.

"Penyakit cacar monyet bersifat zoonosis yang penularan utamanya melalui kontak manusia dengan darah, cairan tubuh, atau lesi pada mukosa maupun kulit hewan yang terinfeksi," ujar Adityo.

Sejak Mei 2022, monkeypox menjadi penyakit yang mendapat perhatian lebih terkait kesehatan masyarakat global, lantaran pada saat itu yang melaporkannya adalah negara non-endemis. Hingga saat ini telah meluas secara global dengan total 75 negara.

Hingga 25 Juli 2022 terdapat 18.905 kasus konfirmasi monkeypox di seluruh dunia, dengan 17.852 kasus terjadi di negara tanpa riwayat kasus konfirmasi sebelumnya. Di ASEAN sendiri, Singapura telah melaporkan sembilan kasus konfirmasi dan Thailand melaporkan satu kasus konfirmasi.

Selain itu, kata Adityo, transmisi secara vertikal dari ibu ke janin melalui plasental (infeksi cacar monyet kongenital) juga dimungkinkan terjadi.

Periode inkubasi cacar monyet berkisar antara 5-21 hari dengan rata-rata 6-16 hari. Setelah melewati fase inkubasi, pasien akan mengalami gejala klinis berupa demam tinggi dengan nyeri kepala hebat, limfadenopati, nyeri punggung, nyeri otot dan rasa lemah yang prominen.

Dalam 1-3 hari setelah demam muncul, pasien akan mendapati bercak-bercak pada kulit, dimulai dari wajah dan menyebar ke seluruh tubuh.

Bercak tersebut terutama akan ditemukan pada wajah, telapak tangan dan telapak kaki. Seiring waktu, bercak akan berubah menjadi lesi kulit makulopapuler, vesikel, dan pustule yang dalam sepuluh hari akan berubah menjadi koreng.

Adityo mengatakan hingga saat ini masih belum ada pengobatan yang spesifik untuk infeksi cacar monyet.

Meski demikian, vaksinasi terhadap penyakit cacar yang disebabkan infeksi virus variola pada 1980 ini dapat memberikan efektivitas proteksi sebesar 85 persen untuk mencegah infeksi cacar monyet.

Adityo kembali mengingatkan bahwa dengan ditemukannya kasus cacar monyet di Singapura, maka masyarakat juga perlu mewaspadai terhadap kemungkinan masuknya virus tersebut di Indonesia.

"Hal tersebut menjadi penting terutama pada populasi berisiko fatalitas cacar monyet seperti pada kelompok anak-anak, ibu hamil, lansia, dan orang dengan imunitas rendah (imunosupresi)," kata Adityo.

"Berkaca kepada pandemi COVID-19 yang telah melanda, kita harus selalu optimis bahwa dengan bekerja sama dunia akan mampu bergerak secara cepat menyikapi situasi ini," imbuhnya.

Ketua Bidang Kajian Penanggulangan Penyakit Menular PB IDI, Agus Dwi Susanto mengatakan pemahaman yang baik terhadap infeksi cacar monyet dan kewaspadaan dini terhadap kejadian luar biasa menjadi modal utama dalam aspek pencegahan.

Adityo mengatakan upaya menghindari kontak dengan pasien yang diduga terinfeksi merupakan kunci pencegahan paling efektif, diiringi dengan upaya surveilans dan deteksi dini kasus aktif melalui karantina untuk mencegah penyebaran yang lebih luas.

Agus juga meminta tenaga Kesehatan, baik dokter maupun perawat yang menemukan gejala cacar monyet pada pasien agar segera melakukan tindak lanjut dengan tes Polymerase Chain Reaction (PCR).

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait