URguide

Awas, Keseringan Baca Berita Bisa Bikin Sakit Mental dan Fisik

Alfian Muntahanatul Ulya, Kamis, 22 September 2022 15.10 | Waktu baca 2 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Awas, Keseringan Baca Berita Bisa Bikin Sakit Mental dan Fisik
Image: Ilustrasi orang scroll medsos untuk update berita terkini (Pexels)

Jakarta - Zaman sekarang untuk mengakses berita terkini sangatlah mudah. Kamu bisa melakukannya dengan hanya sekedar membuka smartphone canggihmu itu.

Nggak ada yang salah dengan up to date soal apa yang ramai diperbincangkan. Namun, terlalu sering mengikuti berita bisa berefek buruk bagi kesehatan, loh.

Melansir Study Finds, para peneliti di Texas Tech University menemukan, orang Amerika yang mengikuti berita secara berlebihan rentan menderita masalah kesehatan fisik dan mental, termasuk kecemasan dan stres.

Mereka yang bolak-balik cek media sosial agar nggak ketinggalan informasi yang sedang viral malah berakhir rentan mengalami sakit fisik maupun mental daripada orang yang mengonsumsi berita secukupnya.

Tim menambahkan, terus mengikuti perkembangan berita terbaru bisa menyebabkan lingkaran setan, yang mana orang cenderung nggak bisa berhenti memeriksa update-an terbaru.

Profesor periklanan di College Media dan Komunikasi di Texas Tech University, Bryan McLaughlin menemukan, 16,5 persen peserta dalam eksperimen mereka menunjukkan tanda-tanda konsumsi berita yang 'sangat bermasalah'. 

Responden terlalu sering tenggelam dan tanpa sadar menginvestasikan waktunya untuk menyimak berita. Sehingga peristiwa terkini mendominasi pikiran mereka, mengganggu waktu bersama keluarga dan teman, membuatnya sulit untuk fokus pada sekolah atau pekerjaan, dan berakhir sering gelisah hingga sulit tidur. 

Pecandu berita ini memang secara signifikan lebih rentan mengalami kesehatan fisik dan mental yang buruk daripada mereka yang kurang terobsesi dengan informasi terkini.

Hampir tiga perempat (73,6 persen) responden dengan tingkat konsumsi berita terlalu obsesif mengalami gangguan mental lebih banyak dibandingkan dengan hanya 8 persen dari total peserta. 

Studi ini juga menemukan bahwa dari sample lima pecandu berita, tiga di antaranya (61 persen) mengeluhkan jika mereka lebih rentan mengalami sakit fisik dibandingkan dengan enam persen sisanya. 

Lantaran hal ini, peneliti menyarankan kampanye literasi media diperlukan untuk membantu orang mengembangkan bagaimana cara mengonsumsi berita dengan porsi yang tepat.

Mereka juga menginginkan lebih banyak diskusi tentang bagaimana industri berita bisa memicu masalah.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait