Beautydoozy

Beauty Tren 2022: Self Treatment dan Skin Microbiome

Kintan Lestari, Kamis, 30 Desember 2021 15.26 | Waktu baca 2 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Beauty Tren 2022: Self Treatment dan Skin Microbiome
Image: Tips kecantikan. (Freepik/cookie-studio)

Jakarta - Urbanreaders, nggak terasa ya sebentar lagi tahun 2021 digantikan tahun 2022. Setiap tahun pasti ada aja kan tren terbaru, begitu juga soal kecantikan. 

Beauty tren atau tren kecantikan untuk tahun 2022 kira-kira apa ya? 

Rahajeng Dianovi Tofani, Chief Aesthetic Officer of DeBiuryn DermaCosmetics, mengatakan kalau tren kecantikan tahun depan berkisar pada self treatment.

"Karena pandemi beauty tren bergeser ke arah mencari self treatment. Jadi orang mulai cari self treatment apa yang bikin kulit mereka kelihatan lebih bagus, bisa sesuai dengan problem kulitnya. Jadi juga supaya hasilnya bisa long lasting," ujar Rahajeng dalam webinar beberapa hari lalu.

Maka dari itu, ia menyarankan pada pengguna produk kecantikan agar banyak mencari informasi mengenai kulitnya dan apa yang dibutuhkan untuk masalah kulitnya.

Jadi pentingnya kita sebagai pengguna dalam hal ini untuk bisa mengenali masing-masing kulitnya, kebutuhannya apa sebenarnya. Kemudian mulai belajar untuk mengetahui mana nih produk yang sekiranya bagus atau tepat untuk digunakan," lanjutnya lagi.

Dr Rendra Pranadipa, Chief Scientific Officer DeBiuryn DermaCosmetics, juga membeberkan tren kecantikan tahun depan. Menurutnya, tren tahun depan adalah tren yang sudah berlangsung sekarang yakni skin microbiome.

"Trennya sudah mulai. Jadi di kulit kita ada kombinasi beberapa macam mikroorganisme. Kemudian mikroorganisme itu ada komposisinya yang namanya skin microbiome. Kalau kulit kita microbiome-nya seimbang, semuanya bekerja sesuai fungsinya masing-masing. Jadi tren kedepan adalah zat-zat aktif atau bahan natural maupun sintetik yang berfungsi menjaga keseimbangan skin microbiome," terangnya.

Meski demikian, ia mengingatkan agar pecinta produk kecantikan tidak terjebak dengan skin paradox tren ini.

"Seperti halnya semua tren, tren ini juga ada potensi menimbulkan skin paradox berikutnya. Misalnya pengen menjaga keseimbangan kulit dll, tapi kemudian ternyata di dalam produknya kita mengkombinasikan satu produk yang menyehatkan skin microbiome dan produk yang satu yang sebetulnya akan melawan kerja skin microbiome. Misalnya serum yang menjaga skin microbiome terus di layer dengan serum lain yang pH-nya rendah banget atau tinggi banget sehingga dia jadi rusak dan tidak bekerja sehingga keseimbangan micro biome kulitnya jadi kacau, jadi jerawatan, beruntusan, kering, bersisik, gatal, dan seterusnya. Itu adalah paradox berikutnya dari akibat ada tren skin microbiome," jelasnya.

Maka dari itu, ia juga mengingatkan pada beauty enthusiast agar banyak mencari informasi agar tidak terjebak pada skin paradox.

"Kita harus tahu  tentang tren ini, harus cukup belajar tapi harus waspada jangan sampai tergelincir ke skin paradox. Karena biasanya kita nggak nyadar tahu-tahu sudah telat sehingga butuh waktu untuk recover (kulit)," tutupnya. 

 

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait