Benarkah COVID-19 Bisa Merusak Kesuburan Pria?

Jakarta - Para peneliti dan ahli kesehatan terus berfokus mempelajari tentang novel coronavirus untuk membuka jalan bagi pengembangan vaksin yang efektif.
Tak hanya itu guys, para peneliti juga melakukan studi terkait gejala, di mana faktor-faktor seperti obesitas, merokok, diabetes, polusi udara dan lain-lain telah dieksplorasi.
Melansir dari Boldsky, sebuah studi baru-baru ini telah mengeksplorasi efek coronavirus pada kesuburan pria.
Padahal, sebelumnya sebuah laporan tak terbukti juga telah mengklaim bahwa virus dapat berdampak pada kesuburan pria. Namun, klaim itu ditolak karena kurangnya bukti.
Namun, sebenarnya apakah COVID-19 bisa merusak kesuburan pria?
Ada laporan yang menyatakan bahwa SARS-CoV-2 dapat berdampak pada kesuburan pria.
Pasalnya, dikatakan bahwa demam pada flu musiman yang berhubungan dengan penyakit terlalu memanaskan testis.
Gejala primer dan sentral dari infeksi coronavirus adalah demam tinggi, diasumsikan bahwa laki-laki yang terinfeksi coronavirus juga akan mengalami penurunan kesuburan.
Sebuah penelitian yang dilakukan di Cina juga menunjukkan bahwa pria dengan COVID-19 tampaknya memiliki perubahan kadar beberapa hormon reproduksi mereka dibandingkan dengan pria tanpa virus. Namun, tidak ada perbedaan dalam kadar testosteron.
Pada tahap awal, para ilmuwan juga telah menunjukkan bahwa karena novel coronavirus dan SARS secara genetis mirip, ada kemungkinan bahwa novel coronavirus berpotensi mempengaruhi kesuburan pria karena SARS juga menyebabkan orkitis dan kerusakan pada testis.
Namun guys, rupanya pernyataan ini ditarik kembali karena tidak ada kasus infeksi testis yang tercatat selama pandemi COVID-19.
Kesimpulannya, dan dengan pengetahuan saat ini, para peneliti telah menegaskan bahwa hal tersebut untuk sementara masih kemungkinan karena tidak ada jawaban pasti seperti yang sekarang.
"Saat ini, agak terlalu dini untuk menyimpulkan bahwa COVID-19 pasti akan mempengaruhi kesuburan pria. Tetapi bermanfaat bahwa penulis telah mengangkat masalah ini," ucap salah satu peneliti yang bekerja pada pengembangan pandemi COVID-19 seperti dikutip Boldsky.