URguide

Cerita Dodik Pranata Wijaya, Anak Sopir Truk Pemenang Leadership Award di Amerika

Alfian Muntahanatul Ulya, Kamis, 4 Agustus 2022 16.44 | Waktu baca 3 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Cerita Dodik Pranata Wijaya, Anak Sopir Truk Pemenang Leadership Award di Amerika
Image: Dodik Pranata Wijaya, Peraih latinum Leadership Award Michigan State University (instagram/@dodik.pw)

Jakarta - Sudah sewajarnya jika seorang anak memiliki keinginan untuk membahagiakan kedua orang tuanya sebagai salah satu wujud balas budi kepada mereka. Tak terkecuali yang dilakukan oleh Dodik Pranata Wijaya, peraih Platinum Leadership Award dari kampus top di Amerika.

Dodik hidup dari keluarga sederhana, sang ayah berprofesi sebagai sopir truk dan ibunya seorang pedagang nasi. Sejak kecil, Dodik sudah diselimuti kekhawatiran tidak bisa membuat bangga orang tuanya, kendati ia pernah tiga kali mendapat rangking 2 di kelas ketika masih duduk di bangku SD.

Waktu berjalan, setelah lulus SMA, Dodik harus mengubur cita-citanya untuk melanjutkan pendidikan di bangku perkuliahan lantaran tidak memiliki uang untuk membayar biaya pendaftaran kampus. Ia akhirnya fokus dengan kehidupannya di desa sambil mengajar dan mengikuti organisasi kepemudaan selama satu tahun.

Barulah di tahun berikutnya, keberuntungan berpihak pada Dodik. Ia bersiap untuk memulai kehidupan perkuliahan yang telah lama diidamkan. Namun sebelum masuk S1, Dodik sempat terngiang kata-kata ibunya.

Sang ibu berpesan, bahwa warisan terbaik yang bisa ia dan sang ayah berikan ke Dodik adalah perjuangan mereka agar Dodik bisa mengenyam pendidikan setinggi-tingginya. Ibunya sadar, bahwa ia bahkan tidak pernah merasakan bangku sekolah dan ayahnya hanya berpendidikan SD yang juga putus di tengah jalan.

Semasa perkuliahan Dodik pun juga dipenuhi perjuangan. Ia bahkan pernah tidur di halte dekat kampus untuk berteduh, karena Dodik tidak tega meminta kepada orang tuanya untuk biaya sewa kos. Sampai akhirnya perjuangan Dodik terbayar dengan tangis bahagia saat acara wisudanya tiba.

Tak berhenti di situ, setelah menamatkan S1, ia ingin meneruskan impiannya di bidang pendidikan yang akhirnya menuntun Dodik untuk mendaftar beasiswa LPDP. Karena keterbatasan biaya, Dodik harus merelakan beberapa barangnya untuk dijual sebagai modal les bahasa Inggris.

Bermodalkan restu dan dukungan dari orang tua dan orang terdekat, Dodik dinyatakan lolos sebagai penerima beasiswa LPDP dengan negara tujuan Amerika Serikat pada awal tahun 2016. 

Sebulan sebelum pergi ke Negeri Paman Sam untuk melanjutkan pendidikan, Dodik bertekad untuk melamar sang kekasih, yakni Shinta Nurissyima. Hal ini sontak mengundang tanya banyak orang, karena Dodik dianggap belum memiliki pekerjaan namun sudah berani untuk menikahi anak orang.

Meski demikian, hal itu tidak membuat Dodik tersinggung sama sekali. Dengan tenang Dodik menanggapi pertanyaan itu dengan jawaban bahwa ia akan melamar Shinta dengan beasiswa LPDP, yang kemudian disambut gelak tawa orang-orang.

Tiga hari setelah diterima sebagai penerima beasiswa LPDP, Dodik yang kala itu seorang diri memberanikan datang ke rumah Shinta untuk melamarnya. Ia menyampaikan maksud serta tujuannya kepada orang tua sang kekasih, dan akhirnya berbuah manis. Pinangan Dodik diterima dan mereka menikah.

Setelah menikah, Dodik memboyong sang istri ke Amerika untuk bersama-sama melewati masa awal perkuliahan. Tak lama setelah itu, Dodik mendapatkan sebuah kabar bahagia bahwa ia dinyatakan lolos seleksi summer program di Kroasia, Eropa. Yang mana menginjakkan kaki di Eropa adalah hal yang ia impikan sejak kecil.

Kejutan lain datang dari sang istri yang akhirnya dinyatakan hamil. Tentu hal ini menjadi kabar yang sangat membahagiakan, namun juga timbul dilema yang terbesit di hati Dodik. Ia harus dihadapkan keputusan berat untuk menjaga istrinya yang tengah mengandung atau tetap melanjutkan mimpinya di Eropa. 

Akhirnya ia pun memutuskan menunda mimpinya untuk menjaga sang istri karena ia yakin kesempatan yang sama akan datang lagi. Dodik melanjutkan perkuliahannya seperti biasa, sampai akhirnya Dodik kembali mendapat kabar gembira bahwa ia lolos sebagai nominasi pada 16th Annual Student Leadership Award Michigan State University.

Dodik menerima penghargaan dalam kategori The Spartan Leadership Certified Certificate, yang menyoroti keterlibatan mahasiswa dalam pengalaman kepemimpinan di dalam maupun luar kampus Michigan State University.

Perasaan bahagia dan bimbang bercampur aduk karena ini adalah kali pertama Dodik mengikuti penghargaan tingkat internasional yang diikuti mahasiswa dari berbagai belahan negara. Usahanya tidak menghianati hasil saat Dodik dinyatakan sebagai satu-satunya peraih Platinum Certified Ceritificate, di mana penghargaan itu menjadi tingkatan teratas dari tiga kategori yakni Bronze, Gold, dan Platinum.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait