URnews

Dampak Pertamax Naik, Pengamat: Ditinggalkan dan Konsumen Buru Pertalite

Rizqi Rajendra, Kamis, 31 Maret 2022 15.01 | Waktu baca 3 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Dampak Pertamax Naik, Pengamat: Ditinggalkan dan Konsumen Buru Pertalite
Image: SPBU Pertamina. (Petamina)

Jakarta - Isu kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) nonsubsidi jenis Pertamax santer beredar di masyarakat. Kenaikan harga itu sudah mendapat restu dari DPR, karena harga Pertamax masih jauh dari harga keekonomiannya berdasarkan harga minyak dunia.

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir pun turut meminta maaf kepada warga kalau harga Pertamax naik. Ia menyebut, saat ini pemerintah hanya memberikan subsidi untuk BBM jenis Pertalite, sedangkan Pertamax tidak disubsidi.

"Pemerintah sudah putuskan, Pertalite subsidi, Pertamax tidak. Jadi kalau Pertamax naik ya mohon maaf," ungkap Erick Thohir dalam sebuah diskusi virtual.

Merespons hal tersebut, Pengamat Kebijakan Publik Trubus Rahadiansyah menilai harga Pertamax memang harus dinaikkan, karena perlu adanya penyesuaian dengan harga pasar minyak dunia. Saat ini harga Pertamax masih Rp 9.000 per liter sedangkan harga pasarnya sudah mencapai Rp 16.000 per liter.

Akan tetapi, Trubus juga mengingatkan bahwa pemerintah maupun masyarakat perlu mewaspadai efek domino atau serangkaian peristiwa yang akan timbul dari kenaikan harga Pertamax ini. Apa saja efek domino yang akan ditimbulkan?

Pertamax Ditinggalkan Konsumen

Menurut Trubus, PT Pertamina (Persero) harus tetap menyesuaikan harga BBM jenis RON 92 itu dengan kompetitor perusahaan migas milik swasta lainnya. Jika harganya terlalu tinggi di atas kompetitor lainnya, maka BBM jenis Pertamax akan berpotensi ditinggalkan konsumen.

"Pertamax memang harus dinaikkan menyesuaikan harga pasar, tapi perlu diingat bahwa harganya harus tetap menyesuaikan harga kompetitor," ujar Trubus saat dihubungi Urbanasia, Kamis, (31/3/22).

"Harganya kalau bisa dibawah kompetitor lah. Kalau harganya di atas kompetitor, nanti ditinggal konsumennya, pada kapok," sambungnya.

Beralih ke Pertalite, Akhirnya Subsidi Dicabut

Trubus menilai, naiknya harga Pertamax ini akan membuat warga berbondong-bondong beralih ke BBM subsidi jenis Pertalite karena harganya lebih murah. Akibatnya, jika seluruh warga beralih Pertalite, maka jenis BBM itu akan ikut langka dan harganya jadi mahal, hingga akhirnya berujung dicabutnya subsidi.

"Harus mengantisipasi banyaknya para pengguna Pertamax selama ini nanti akan lari ke Pertalite. Nah kalau mereka lari ke Pertalite ujung-ujungnya jadi langka. Kalau langka biasanya pemerintah akan menarik subsidinya, jadi harganya mahal," ucap Trubus.

Menurutnya, masyarakat perlu mengawasi dan mengkritisi kenaikan harga Pertamax ini, supaya ada kepastian bahwa harga Pertalite tidak membengkak dan tetap disubsidi.

Harga Barang Komoditi Lainnya Ikut Naik

Lebih lanjut, pengamat kebijakan publik itu menilai bahwa naiknya harga Pertamax akan berimbas pada kenaikan harga komoditi atau bahan-bahan pokok lainnya.

"Menurut saya memang ini harus diantisipasi juga oleh pemerintah terkait dampak (kenaikan Pertamax) ini ke harga-harga yang lain. Karena moda transportasi akan mempengaruhi kenaikan harga komoditi yang lain," ujar Trubus.

Berbagai efek domino yang akan ditimbulkan dari kenaikan harga Pertamax ini menurutnya perlu diwaspadai. Ia berharap, harga Pertalite serta harga barang-barang komoditi lainnya tidak ikut mengalami kenaikan.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait