URnews

Diperingati 8 Juni, Simak Sejarah dan Makna Hari Raya Galungan

Hanisa Sutoyo, Rabu, 8 Juni 2022 12.32 | Waktu baca 2 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Diperingati 8 Juni, Simak Sejarah dan Makna Hari Raya Galungan
Image: Ilustrasi Perayaan Hari Raya Galungan (Antara)

Jakarta - Hari Raya Galungan merupakan hari besar keagamaan umat Hindu yang dirayakan setiap enam bulan sekali atau merujuk pada kalender Bali, pawukon Buda Kliwon Dungulan. Nah, pada 2022 ini Hari Raya Galungan diperingati pada Rabu, (8/6/2022). 

Perayaan tersebut dilaksanakan dengan memasang Penjor saat Penampahan Galungan yang jatuh pada satu hari sebelum Galungan itu sendiri. Penjor merupakan lambang dari Naga Basukih yang berarti kemakmuran atau kesejahteraan. 

Dengan memasang penjor ini, umat Hindu mengirim rasa terima kasih kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas segala kemakmuran dan kesejahteraan yang telah diberikan. 

Masyarakat Bali percaya bahwa di Hari Raya Galungan, para roh leluhur akan pulang dan mereka memiliki kewajiban untuk menyambutnya dengan berbagai doa.

Sejarah Hari Raya Galungan

Hari besar ini diperingati sebagai hari kemenangan Dharma yang berarti kebenaran, melawan Adharma yakni kejahatan.

Cerita ini berawal dari seseorang yang disebut Si Mayadanawa, melakukan pertapaan dan merasa sudah mendapatkan anugerah.

Dari anugerah inilah ia jadi merasa sombong dan disegani oleh masyarakat. Ia memanfaatkan anugerah ini untuk mencuri, melakukan kekerasan, menghina ajaran agama dan sebagainya. Karena itu, akhirnya Dewa Siwa diutus untuk melawannya dan memusnahkan semua kejahatan yang ada. 

Pada awal peperangan, Si Mayadanawa meracuni pasukan Dewa Siwa dengan tirte cetik. Kemudian Dewa Siwa memercikkan air suci kepada pasukannya yang mati agar hidup kembali.

Setelah itu, pasukan Dewa Siwa langsung mengepung Si Mayadanawa dan tentaranya sehingga mereka kalah dan mati, termasuk Si Mayadanawa sendiri. 

Makna Hari Raya Galungan 

Hari besar umat Hindu-Bali ini memiliki makna bahwa manusia harus bisa mengendalikan hawa nafsu yang bisa mengganggu kenangan batin.

Terdapat tiga jenis hawa nafsu yang dipercaya ada pada diri manusia, yakni Kala Amangkurat, Kala Dungulan, dan Kala Galungan. Ketiga hawa nafsu ini disebut sebagai Kalatiga. 

Arti dari masing-masing hawa nafsu itu diantaranya nafsu ingin berkuasa, nafsu ingin mengalahkan semua orang, dan nafsu ingin memenangkan semuanya dengan berbagai cara pun yang tidak baik.  

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait