URstyle

Ditemukan BPOM dalam Obat Sirup, Apa Itu Etilen Glikol?

Priscilla Waworuntu, Jumat, 21 Oktober 2022 12.52 | Waktu baca 3 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Ditemukan BPOM dalam Obat Sirup, Apa Itu Etilen Glikol?
Image: Ilustrasi obat sirup. (PEXELS/cottonbro)

Jakarta - Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) RI telah melakukan uji terhadap beberapa sampel obat berbentuk cair atau sirup. Dalam penelitiannya, ternyata ada 5 obat di Indonesia yang mengandung bahan berbahaya, seperti Etilen Glikol (EG) dan Dietilen Glikol (DEG). Walau begitu, ternyata masih banyak masyarakat yang awam akan kandungan ini.

Dilansir dari The National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH), Jumat (21/10/2022), Etilen Glikol biasanya berbentuk cairan bening, tidak berwarna, seperti sirup (kental) pada suhu kamar, dan tidak berbau.

Zat ini sering terlihat berwarna kuning-hijau neon bila digunakan dalam antibeku otomotif. Etilen glikol ini biasa digunakan untuk antibeku, cairan rem hidrolik, beberapa tinta bantalan stempel, pulpen, pelarut, cat, plastik, film, dan kosmetik.

Menurut Prof. apt. Muchtaridi, PhD, Guru Besar Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran, dietilen glikol dan etilen glikol merupakan senyawa pelarut organik dengan rasa manis yang kerap disalahgunakan sebagai pelarut obat. Kelarutan dan rasa manisnya tersebut kerap disalahgunakan untuk mengganti propilen glikol atau polietilena glikol.

“Masalahnya, dietilen glikol dan etilen mengalami oksidasi oleh enzim,” kata Prof. Muchtaridi, dikutip dari laman resmi Unpad, Jumat (21/10/2022).

Ketika masuk ke tubuh, senyawa ini mengalami oksidasi oleh enzim sehingga menjadi glikol aldehid kemudian kembali dioksidasi menjadi asam glikol oksalat, lalu membentuk lagi menjadi asam oksalat. Asam oksalat inilah yang memicu membentuk batu ginjal. Nah, jika sudah berubah bentuk menjadi kristal, asam ini akan berbentuk runcing. 

“Asam oksalat kelarutannya kecil, kalau ketemu kalsium akan terbentuk garam yang sukar larut air dan larinya akan ke organ seperti empedu dan ginjal. Jika lari ke ginjal akan jadi batu ginjal. Kristalnya tajam akan mencederai ginjal,” terangnya.

Jika kondisi ini terjadi pada anak-anak yang memiliki ukuran ginjal masih kecil, dampak yang ditimbulkan akan parah. Tidak hanya memapar di ginjal, efeknya juga bisa lari ke jantung dan juga bisa memicu kematian yang cepat.

Selain itu, etilen glikol juga bisa sangat berdampak di negara-negara kering. Hal ini karena kalau seseorang dalam kondisi dehidrasi, pembentukan asam oksalat akan lebih cepat, sehingga efek yang ditimbulkan akan semakin cepat. 

Di Indonesia, obat dengan kandungan paracetamol memang biasa dipakai untuk menurunkan panas, tetapi ada alternatif obat analgesik lain yang bisa digunakan oleh para orang tua bagi anak yang menderita demam, seperti ibuprofen.

Tapi perlu diingat, penggunaan ibuprofen bagi anak yang demam karena demam berdarah justru akan membuat kondisi anak menjadi lebih gawat. Jika anak dalam kondisi demam berdarah memang paling baik untuk menggunakan paracetamol. 

Bagi masyarakat yang ingin menghindari dahulu penggunaan paracetamol sirup, Prof. Muchtaridi menyarankan untuk mengonsumsi paracetamol berbentuk tablet. Selain itu, penggunaan puyer dinilai lebih manjur untuk dikonsumsi anak-anak.

“Kalau anak-anak susah makan puyer, bisa dicampur dengan air yang bisa diperoleh di apotek. Itu kalau masih takut akan paracetamol sirup,” tutupnya. 

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait