URnews

Dua Warga AS Hilang di Ukraina, Dikhawatirkan Ditangkap Rusia

Putri Rahma, Kamis, 16 Juni 2022 18.31 | Waktu baca 4 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Dua Warga AS Hilang di Ukraina, Dikhawatirkan Ditangkap Rusia
Image: Tentara Rusia di Mariupol, Ukraina (Foto: Associated Press)

Jakarta - Dua veteran militer Amerika Serikat dikabarkan hilang di Ukraina ketika berperang melawan pasukan Rusia. Dikabarkan dari situs resmi Aljazeera pada Kamis (16/6/2022), dua anggota veteran militer AS ini adalah Alexander Drueke (39) dan Andy Huynh (27) yang tinggal di Alabama sebelum melakukan perjalanan ke Ukraina.

Menurut keterangan pihak keluarga, dua veteran tersebut dikabarkan ada di wilayah Kharkiv yang berbatasan dengan Rusia. Pihak keluarga menyebutkan kontak terakhir mereka dilakukan pada 8 Juni 2022 dan mereka memberikan kabar bahwa mereka akan offline selama beberapa hari.

Anggota kongres Terri Sewell mengatakan jika ibu Drueke telah menghubunginya awal pekan ini setelah kehilangan kontak dengan putranya. Anggota kongres lain, Robert Aderholt pun juga mengatakan keluarga Huynh telah menghubungi kantornya tentang berita kehilangan tersebut.

“Seperti yang dapat Anda bayangkan, orang-orang yang dia cintai sangat mengkhawatirkannya,” kata Aderholt. 

Ia juga menambahkan kantornya telah mengajukan pertanyaan kepada Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat dan Biro Investigasi Federal (FBI) untuk mencoba mendapat informasi. 

Kabar kehilangan tersebut awalnya dikabarkan oleh Telegraph. Media massa tersebut mengutip seorang tentara yang tidak disebutkan namanya yang mengatakan bahwa kedua warga negara Amerika Serikat tersebut ditangkap setelah bertemu dengan kelompok Rusia dalam pertempuran 9 Juni 2022 di timur laut Kharkiv. 

Kementerian Luar Negeri AS mengatakan jika saat ini pihaknya sedang menyelidiki laporan-laporan tersebut dan telah melakukan kontak dengan pihak berwenang di Ukraina. Namun mereka tidak mengatakan informasi yang lebih, jika kabar tersebut dibenarkan maka keduanya akan menjadi warga AS pertama yang ditangkap di Ukraina.

Kedua warga negara AS ini bertugas di militer AS. Drueke pernah berdinas di Baghdad, Irak, pada tahun 2008 hingga 2009. Sedangkan menurut tunangannya Joy Black, Huynh adalah seorang marinir AS yang meninggalkan dinas pada tahun 2008. Dikabarkan jika ia juga sudah belajar robotika di Calhoun Community College sebelum berangkat ke Ukraina pada bulan April.

Dalam postingan Facebooknya, Black memposting bahwa keluarga Hyunh telah melakukan kontak dengan keluarga Drueke dan pejabat pemerintah, namun belum mendapatkan konfirmasi tentang kehilangan tersebut.

Dalam postingan tersebut, Black menuliskan “Tolong jaga Andy dan Allex, dan semua orang yang mereka cintai dalam doa. Kami hanya ingin mereka pulang,”

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova mengatakan pada Kamis (16/6/2022) bahwa Washington belum menghubungi Rusia terkait hilangnya tentara AS ini. 

“Saya tidak punya informasi itu, saya cek setiap hari dan saya akan kembali cek hari ini. Kami membuat semua informasi tentang nasib tentara bayaran yang ditahan atau mereka yang diadili kepada publik,” lapor kantor berita RIA mengutip pernyataan Zakhrova. 

Militer Rusia menganggap orang asing yang berperang dengan Ukraina sebagai tentara bayaran dan mengklaim bahwa mereka tidak dilindungi sebagai pejuang di bawah Konvensi Jenewa. Sikap tersebut mendapat kecaman Internasional.

Dalam sebuah unggahan di Twitter, perwakilan AS, Adam Kinzinger mengatakan Drueke dan Hyunh telah terdaftar di Legiun Internasional, sebuah unit yang dibuat oleh militer Ukraina untuk sukarelawan asing setelah invasi Rusia. 

Unggahan tersebut mengatakan “Dan dengan demikian berhak diberikan perlindungan hukum. Karena itu, kami mengharapkan anggota Legiun diperlakukan sesuai dengan Konvensi Jenewa,” tulis akun Twitter @AdamKinzinger.

Sebuah pengadilan di Donetsk yang dikuasai separatis pro Rusia pekan lalu menjatuhkan hukuman mati kepada dua warga negara yang berasal dari Inggris dan seorang pria asal Maroko atas tuduhan sebagai tentara bayaran yang berusaha menggulingkan pemerintah separatis dengan kekerasan. 

Keluarga dari dua warga Inggris tersebut menyatakan mereka adalah anggota lama marinir Ukraina, sementara ayah pria asal Maroko menyatakan putranya juga memegang kewarganegaraan Ukraina.

Keluarga Drueke dan Huynh mengatakan keduanya tidak saling kenal sebelum tiba di Ukraina. Mereka dimotivasi oleh dugaan kekejaman yang dilakukan oleh pasukan Rusia di pinggiran Kyiv bulan Maret lalu. 

“Ketika Andy melihat rekaman ini keluar dari Ukraina, dia mengatakan dia tidak bisa tidur, tidak bisa makan, hanya termakan oleh kengerian yang dialami warga sipil tak berdosa ini,” kata Black kepada kantor berita Reuters. 

Sedangkan Ibu Drueke, Lois Drueke mengatakan, “Sebagai seorang ibu tentunya saya tidak ingin anak saya dalam bahaya. Tetapi saya tahu bahwa hal ini sangat penting bagi Alex. Dia punya tujuan hidup dan dia merasa bahwa ini baik dan mulia,” tutupnya.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait