URnews

Epidemiolog UGM Sebut Antigen atau PCR Tak Efektif Jadi Syarat Perjalanan

Nivita Saldyni, Selasa, 26 Oktober 2021 15.39 | Waktu baca 2 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Epidemiolog UGM Sebut Antigen atau PCR Tak Efektif Jadi Syarat Perjalanan
Image: Ilustrasi pemeriksaan dokumen kesehatan di bandara (Antara).

Yogyakarta - Bayu Satria Wiratama, epidemiolog Universitas Gadjah Mada (UGM) menyebut penggunaan hasil tes Antigen/PCR tak efektif sebagai syarat perjalanan. Bahkan ia mengaku sejak awal tak setuju penggunaan antigen atau PCR untuk syarat perjalanan dengan moda transportasi apapun.

Menurut Bayu, penggunaan antigen/PCR sebagai syarat perjalanan tak efektif jika hanya digunakan pemeriksaan satu kali. Harusnya, kata Bayu, langkah itu dibarengi dengan indikasi lain seperti misalnya indikasi kontak erat.

“Bagi saya itu langkah sia-sia dan selama ini satgas tidak pernah juga melakukan evaluasi atau studi untuk membuktikan bahwa penggunaan antigen/PCR itu efektif mencegah penularan lintas daerah," kata Bayu seperti dikutip dari situs resmi UGM, Selasa (26/10/2021).

Selain itu menurutnya antigen/PCR tak efektif sebagai syarat perjalanan karena kebijakan serupa tak ditemui di negara lain untuk perjalanan domestik di dalam negeri.

Menurutnya, meski hasil antigen/PCR negatif sekali pun tak menjamin yang bersangkutan tidak sedang terinfeksi. Apalagi pemeriksaan hanya dilakukan sekali tanpa indikasi dinilai lemah efektifitasnya. Hal ini juga tak menjamin tidak ada penularan.

“Karenanya yang lebih penting adalah vaksin dan memakai masker serta sirkulasi udara yang baik," kata Bayu.

Bayu pun menyarankan pemerintah untuk mempertimbangkan kembali aturan tersebut. Jika perlu, pemerintah bisa mencabut aturan menggunakan antigen/PCR dan melakukan evaluasi terhadap kebijakan itu, apakah efektif atau tidak. Kalaupun ingin mengurangi jumlah penumpang, kata Bayu, sebaiknya terapkan aturan pembatasan kapasitas.

“Jadi, tidak perlu dengan PCR. Belum lagi nanti ada permainan surat antigen atau PCR palsu yang hanya akan menguntungkan finansial para pembuat suratnya," ungkap Bayu.

"Sekali lagi paling penting di perjalanan domestik itu masker, vaksin dan sirkulasi udara yang baik serta bisa jaga jarak," jelasnya lebih lanjut.

Menurut Bayu, kuncinya adalah dengan menegaskan protokol kesehatan ketat. Apalagi untuk perjalanan jarak jauh, disiplin pemakaian masker sangat diharuskan, kapasitas penumpang 50 – 75 persen dengan diatur jarak antar penumpang, dan keberadaan ruangan khusus untuk makan yang terpisah dari tempat duduk (khusus moda kereta api) perlu jadi perhatian.

“Dengan cara-cara seperti itu saya kira sudah cukup membantu. Hal itu perlu saya sampaikan sebab penelitian di Indonesia sampai saat ini masih kurang membahas mengenai sebenarnya seberapa besar risiko tertular di transportasi publik. Karena kembali lagi, pemegang datanya tidak mau melakukan evaluasi soal itu," pungkasnya.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait