URnews

Gagap Memahami Informasi

Firman Kurniawan S, Rabu, 4 Januari 2023 08.40 | Waktu baca 6 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Gagap Memahami Informasi
Image: Ilustrasi. (Freepik)

ADA yang menarik di penghujung tahun 2022. Tahun yang baru saja berganti ke 2023. Tensi kewaspadaan dan kekhawatiran masyarakat Jabodetabek-Banten, mengalami kenaikan. Ini lantaran beredar kabar adanya badai dahsyat yang bakal mendera wilayah sekitar ibukota. Badai diperkirakan dapat bertahan selama 6 jam, dan diikuti terjadinya banjir.

Informasi dahsyat itu, termuat dalam unggahan twitter peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Dr. Erma Yulihastin, 27 Desember 2022. Dalam bio yang tercantum pada platform media sosial itu, Dr.Erma adalah seorang Klimatologis, pada Pusat Penelitian Klimat dan Atmosfir, BRIN. Seorang ilmuwan yang punya pengetahuan memadai di bidangnya.

Walaupun unggahan twitter Dr Erma nampaknya tak dimaksudkan sebagai pernyataan resmi mewakili BRIN, kredibilitasnya sebagai pembawa informasi perilaku cuaca tak diragukan. Unggahannya didasari data yang dapat dipertanggungjawabkan. Tentu saja dilakukan berdasar riset yang ketat.

Tak diragukan, peneliti sekelas BRIN pasti menggunakan perangkat penelitian yang memadai untuk keperluan itu. Ketika seluruhnya dipadukan dengan ancaman yang menakutkan, unggahan Dr. Erma patut dipercaya. Jika kemudian banyak pihak yang menjadikannya jadi rujukan, nampak tak ada yang salah.   

Benar saja, tak butuh waktu terlalu lama, informasi unggahan twitter itu disambut ramai. Akun media sosial yang berafiliasi dengan media konvensional, menggaungkan informasi bernada kewaspadaan. Lengkap dengan visualisasinya yang relevan. Tentu seluruhnya bertujuan membangun kewaspadaan publik. Publik yang sedang menikmati liburan akhir tahun, diajak tanggap terhadap perilaku cuaca. Yang kali diperkirakan tak berperilaku ramah.  

Perhatian publik terhisap pada magnitude informasi. Aneka komentar dan unggahan ulang, menjadikan informasi Dr Erma, berposisi trending topic. Menanggapi keresahan publik ini, Pejabat Gubernur DKI turut bersuara. Ia menyarankan aktivitas kerja dialihkan dalam modus work from home. Seluruhnya peduli pada keselamatan.

Fenomena bangkitnya perhatian publik oleh unggahan media sosial sesamanya yang kemudian digaungkan media konvensional merupakan bentuk terbalik dari teori Agenda Setting. Teori ini dikemukakan pertama kali oleh Walter Lippmann di tahun 1920.

 Yang kemudian mengalami perkembangan dengan turut termuatnya gagasan Bernard Cohen di tahun 1960. Agenda Setting kembali mengalami penyempurnaan oleh Maxwell McComb dan Donald Shaw, pada tahun 1968. Juga termuat dalam artikel kedua peneliti itu, yang dipublikasikan pada tahun 1993, dengan judul, ‘The Evolution of Agenda-Setting Research: Twenty-Five Years in the Marketplace of Ideas’.

Pada intinya teori ini menyatakan, agenda media bakal diserap sebagai agenda publik. Ini kemudian diikuti oleh disusunnya agenda pemerintah yang mengadaptasi isi pikiran publik yang telah menyerap isi media. Dalam contoh aplikasinya, ketika media massa menganggap ledakan akibat tabung gas 3kg yang bocor adalah isu penting, berita ini akan jadi tema pemberitaan.

Beraneka peristiwa sejenis disajikan dalam berbagai sudut pandang. Seluruhnya hadir membentuk perulangan. Publik tak bisa menampik, menyerapnya sebagai hal penting. Ini kemudian diikuti munculnya kebijakan pemerintah. Sebut saja, munculnya aturan tentang standar keamanan tabung gas. Hal yang dianggap penting oleh media akan dianggap penting oleh publik.

Hari ini ketika publik punya keleluasaan mengakses media sosial, pendulum produksi dan distribusi informasi bergerak.  Bukan lagi media konvensional yang jadi sumber informasi utama. Perannya digeser oleh publik pemilik akun media sosial.

Publik yang real time berada di dalam pusaran peristiwa, jadi pewarta informasi berkecepatan tinggi. Kecepatannya hampir tak berjarak dengan peristiwa yang sedang terjadi. Seluruhnya adalah kemewahan, yang tak tersaingi media konvensional. Karenanya jadi hal yang lazim hari ini, agenda publik yang penting justru dirujuk oleh media konvensional.

Indikasi pentingnya peristiwa sehingga jadi agenda publik, tertangkap lewat bertubi-tubinya unggahan dengan tema sejenis. Kata kunci tema ditangkap algoritma media sosial, hadir sebagai trending topic atau indikasi viralitas lainnya.

Akan halnya kemunculan kebijakan pemerintah, dalam konteks informasi badai dahsyat di atas, muncul sebagai ucapan Pak Heru Budi Hartono. Pejabat Gubernur DKI ini menyarankan para pekerja melakukan rutinitasnya dari rumah saja. Tentunya agar tak terjebak badai, bahkan jatuh jadi korbannya. Kini, hal yang dianggap penting oleh publik akan dianggap penting oleh media.

Kehebohan informasi badai dahsyat berikutnya, justru bukan pada berlangsungnya badai. Kehebohan jadi trending topic, justru karena badai batal datang. Badai yang tak jadi berlangsung ini, seluruhnya sesuai perkiraan BMKG.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait