URguide

Mengenal Tirto Adhi Soerjo, Bapak Pers Nasional Indonesia

Anisa Kurniasih, Selasa, 9 Februari 2021 15.56 | Waktu baca 3 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Mengenal Tirto Adhi Soerjo, Bapak Pers Nasional Indonesia
Image: Ilustrasi para pekerja Jurnalis. (Pixabay)

Jakarta - Media massa Indonesia memperingati Hari Pers Nasional (HPN) setiap tanggal 9 Februari. Tepatnya pada hari ini, puncak perayaan HPN 2021 pun usai digelar. 

Seperti diketahui, Hari Pers Nasional (HPN) 2021 kali ini mengusung tema "Bangkit dari Pandemi, Jakarta Gerbang Pemulihan Ekonomi dengan Pers Sebagai Akselerator Perubahan". Peringatan tersebut dipusatkan di Istana Kepresidenan Jakarta, Selasa (9/2/2021). 

Sejarah perkembangan media massa di Indonesia sendiri memiliki perjalanan yang cukup panjang hingga akhirnya tanggal tersebut ditetapkan menjadi hari sukacita bagi seluruh insan pers Indonesia dan juga ulang tahun Persatuan Wartawan Indonesia (PWI).

Penetapan HPN setiap tanggal 9 Februari berdasarkan Keputusan Presiden No. 5 Tahun 1985 yang menyatakan “bahwa pers nasional Indonesia mempunyai sejarah perjuangan dan peranan penting dalam melaksanakan pembangunan sebagai pengamalan Pancasila.” 

Namun, tahukah kamu, rupanya jauh sebelum itu ada sosok penting yang dijuluki sebagai Bapak Pers Nasional Indonesia. Siapakah dia?

Mengutip situs Kemendikbud, orang tersebut adalah Raden Mas Djokomono Tirto Adhi Soerjo atau biasa dipanggil Tirtoadisuryo. Ia merupakan sosok Bapak Pers Nasional Indonesia yang lahir di Blora pada tahun 1880.

Ia yang dikenal sebagai Bapak Pers Nasional ini merupakan pionir persuratkabaran dan kewartawanan Indonesia pada masa penjajahan Belanda.

1612860737--Tirto-Adhi-Soerjo.jpgSumber: Raden Mas Djokomono Tirto Adhi Soerjo yang dijuluki Bapak Pers Nasional Indonesia (kemedikbud.go.id)

Tirtoadisuryo merupakan anak dari Raden Ngabehi Muhammad Chan Tirtodipuro dan cucu dari Raden Mas Tumenggung Tirtonoto. Sebagai seorang priyayi, Tirto Adisuryo seharusnya melanjutkan sekolah di bidang pemerintahan, namun Ia lebih memilih untuk melanjutkan sekolah dokter di Stovia Batavia pada tahun 1893 – 1900.

Karir Tirtoadisuryo di bidang jurnalistik sendiri dimulai ketika Ia memimpin surat kabarnya sendiri yang bernama  Soenda Berita pada tahun 1901, guys. Soenda Berita merupakan surat kabar pertama yang dibiayai, dikelola, disunting, dan diterbitkan oleh pribumi. 

Nah, selepas Soenda Berita, Tirtoadisuryo kemudian mendirikan mingguan Medan Priyayi pada tahun 1909. Namun, sayangnya mingguan ini berhenti terbit pada tahun 1912. Di tahun yang sama dengan kemunculan mingguan Medan Priyayi, Tirtoadisuryo juga mendirikan perusahaan penerbitan pertama di Indonesia, N.V Javaansche Boekhandelen Drukkerij ‘Medan Priyayi’ pada tahun 1909 bersama Haji Mohammad Arsjad dan Pangeran Oesman.

Beliau sangat aktif mengelola media massa, baik sebagai penulis maupun pemimpin, seperti Pembrita Betawi, Soenda Berita, Medan Priyayi, Soeloeh Keadilan, Poetri Hindia, Sarotomo, Soeara B.O.W, Soeara Spoor dan Tram, serta Soeraaurna dan melihat tugasnya sebagai sarana untuk menyadarkan masyarakat dalam menjawab persoalan yang timbul. Menurutnya, tugas pers haruslah memajukan dan memahami hak-hak dan martabat rakyat. 

Tirtoadisuryo adalah seorang yang memberi inspirasi bagi masyarakat yang gamang dan tidak memiliki pijakan visi yang luas, dan cenderung kacau. Ia tidak hanya sebagai jurnalis namun juga sebagai penulis berita, perumus gagasan dan pengarang karya-karya non-fiksi. Atas hasil karya dan perjuangan Beliau dalam dunia jurnalistik Indonesia, Tirtoadisuryo kemudian ditetapkan sebagai Bapak Pers Nasional oleh Dewan Pers RI pada tahun 1973.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait