URnews

Hari Libur Maulid Nabi Digeser, Wapres: Menghindari Hari Kejepit

Deandra Salsabila, Minggu, 17 Oktober 2021 17.53 | Waktu baca 2 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Hari Libur Maulid Nabi Digeser, Wapres: Menghindari Hari Kejepit
Image: Wakil Presiden RI Ma’ruf Amin (Instagram/@kyai_marufamin)

Jakarta - Wakil Presiden Ma'ruf Amin menjelaskan alasan utama menggeser hari libur peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Menurutnya, hal ini dilakukan dengan pertimbangan agar tidak terjadi lonjakan kasus COVID-19 akibat pergerakan massa secara besar-besaran.

Pernyataan itu disampaikan Ma'ruf merespons kebijakan Pemerintah menggeser hari libur Maulid Nabi Muhammad SAW pada tanggal 19 Oktober 2021 menjadi 20 Oktober 2021.

"Jadi memang bukan kali ini saja kan Pak Menko (PMK), sudah beberapa kali kita menggeser untuk menghindari orang memanfaatkan hari kejepit itu. Oleh karena itu, alasannya itu supaya walaupun memang sudah rendah, tapi tetap kita antisipatif," ujar Ma’ruf di Kupang, Minggu (17/10/2021).

Ma'ruf turut membandingkan dengan kasus di negara India. Menurutnya, berbagai kelonggaran yang diberikan oleh pemerintah India imbas penurunan kasus harian COVID-19 telah membuat warga di sana lengah. Maka, berdampak pada lonjakan laju penyebaran COVID-19.

"India itu kan ketika dia sudah rendah kemudian terjadi pelonggaran-pelonggaran bahkan ada acara keagamaan akhirnya naik lagi. Kita tidak ingin itu terulang di kita Indonesia," lanjutnya.

Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy menyampaikan jika riset yang dilakukan menunjukkan kecenderungan masyarakat memanfaatkan hari 'kejepit' untuk memperpanjang libur.

"Jadi mengenai penggeseran libur hari besar keagamaan itu memang pertimbangannya semata-mata adalah untuk menghindari masa libur yang panjang. Karena di celah antara hari libur dengan libur reguler itu ada hari kejepit yaitu hari Senin," ujar Muhadjir.

Muhadjir mengatakan jika Indonesia sudah memiliki pengalaman setiap terjadi libur panjang pasti diikuti dengan pergerakan orang besar-besaran dari satu tempat ke tempat yang lain. Hal itu berpotensial diikuti dengan kenaikan kasus COVID-19.

Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI), Cholil Nafis sempat melontarkan kritik jika langkah pemerintah yang menggeser hari libur keagamaan untuk membatasi mobilitas warga sudah tak relevan. Cholil menyinggung bahwa berbagai hajatan nasional sudah mulai digelar belakangan ini meski saat ini masih dalam situasi pandemi COVID-19.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait