URguide

Ini Jenis Tipu Daya yang Biasa Dilakukan Pelaku Kekerasan Seksual

Anisa Kurniasih, Kamis, 28 Januari 2021 19.02 | Waktu baca 3 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Ini Jenis Tipu Daya yang Biasa Dilakukan Pelaku Kekerasan Seksual
Image: Ilustrasi stop kekerasan seksual (Freepik)

Jakarta - kasus kekerasan seksual yang semakin marak di Indonesia bisa hadir dengan berbagai cara. Bahkan, angka kasus tersebut justru meningkat di tengah pandemi.

Poppy R Diharjo, penggagas No Recruit List mengungkapkan, dalam dua minggu pertama di tahun 2021, terdapat 92 aduan terkait kekerasan seksual yang masuk ke No Recruit List. 

Data tersebut menunjukkan bahwa kasus kekerasan seksual masih menghantui kita. Apalagi dengan maraknya media sosial dan juga penggunaan dating apps. 

Modus kekerasan seksual dalam hubungan percintaan juga beragam, Poppy juga menyinggung soal istilah ‘grooming’, yakni bentuk manipulasi romantis di sebuah hubungan untuk membuat korban merasa paling disayang dan dipahami oleh pasangannya (pelaku).

“Grooming ini adalah bentuk manipulasi romantis dalam sebuah hubungan yang kadang korbannya saja tidak mengerti, hampir mirip seperti toxic relationship ‘wah, kayaknya kamu disayang, dipahami’, “ ungkap Poppy dalam live Instagram bersama Urbanasia, Rabu (27/1/2021).

Nah, untuk lebih jelasnya, yuk kenali jenis-jenis tipu daya yang sering dijadikan modus oleh para pelaku kekerasan seksual seperti dikutip dari berbagai sumber.

1. Love Scam

1609731457-Ilustrasi-kekerasan-seksual-anak.jpgSumber: Ilustrasi Kekerasan Seksual Anak. (istockphoto)

Scam adalah sebuah perbuatan manipulasi/tipuan yang dilakukan oleh seseorang dengan cara memanipulasi suatu hal untuk mendapatkan kepercayaan dari orang lain untuk keuntungan pribadinya. 

Setelah mendapatkan yang diinginkan (keuntungan), si pelaku (scammer) kabur meninggalkan korbannya. Modus scam pun beraneka ragam, love scam ini terjadi tidak hanya membawa kerugian secara emosional atau psikis saja, tapi juga bisa ke ranah finansial. 

2. Grooming

1600136287-gangguan-kontrol-impuls.jpgSumber: Ilustasi kekerasan (Freepik)

Merujuk pada definisi lembaga internasional Masyarakat untuk Pencegahan Kekejaman terhadap Anak-anak atau National Society for the Prevention of Cruelty to Children (NSPCC), grooming merupakan upaya yang dilakukan seseorang untuk membangun hubungan, kepercayaan dan hubungan emosional dengan seorang. 

Setelah berhasil, groomer dapat memanipulasi, mengeksploitasi, dan melecehkan targetnya. Di banyak negara, grooming sudah marak menjadi modus kejahatan pelaku pelecehan seksual anak.

Platform yang digunakan oleh seorang groomer juga bermacam-macam, mulai situs media sosial, e-mail, WhatsApp, atau chat forum. 

3. Manipulatif 

1598502851-ILustrasi-kekerasan-perempuan.jpgSumber: Ilustrasi kekerasan terhadap perempuan (Freepik)

Sifat manipulatif adalah upaya kelompok atau seseorang untuk memengaruhi perilaku, sikap, dan pendapat orang lain tanpa orang tersebut menyadarinya.

Awalnya, tanda manipulasi sulit dikenali, sampai kamu menjadi korban. 

Ketika kamu dimanipulasi oleh seseorang,  secara psikologis kamu dipaksa melakukan sesuatu yang mungkin tak ingin kamu lakukan.

Lalu, kamu akan merasa takut dan berkewajiban untuk melakukannya, atau merasa bersalah bila tidak melakukannya.

4. Gaslighting 

1587734970-Screen-Shot-2020-04-24-at-20.29.14.pngSumber: Ilustrasi kekerasan seksual. (Freepik)

Gaslighting adalah teknik manipulasi psikologis agar pelaku tampak berkuasa dan mampu mengontrol korbannya. Caranya adalah dengan membuat korban tak yakin dengan penilaiannya sendiri.

Seiring berjalannya waktu, perasaan ragu dan tak percaya diri ini akan melemahkan kondisi kejiwaan, sehingga korban tak mampu lagi membedakan kebenaran dan kebohongan. 

Alhasil, korban jadi tergantung pada pelaku, baik dalam hal pemikiran maupun perasaan.

Perilaku seperti ini bisa terjadi dalam hubungan asmara, profesional, pertemanan, antara orang tua dan anak, hingga relasi figur publik dengan orang biasa. Artinya, pelaku gaslighting bisa siapa saja—keluarga, teman, pasangan, atasan, figur publik, maupun orang yang tidak dikenal di media sosial.

Nah, kamu yang mungkin menemui seseorang yang telah menjadi korban dari kekerasan seksual, janganlah ikut panik.

Poppy menyarankan, kita harus memahami kondisi korban dan juga menenangkan. Jangan gegabah untuk mengambil tindakan tanpa berpikir panjang.

"Kita harus paham dulu kalau mereka (korban) sedang tidak mencari solusi, kamu tidak bertanggung jawab untuk mencarikan solusi untuk dia. Yang perlu lakukan adalah dampingi, berempati, apakah kamu butuh bantuan, apa yang harus aku lakukan untuk membantu," tutur Poppy.

Ia menambahkan, terkadang si korban datang untuk didengarkan, untuk dipahami, bukan untuk bereaksi, jadi alangkah baiknya  jangan heboh dengan pelakunya, dengarkan dan pahami apa yang butuhkan.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait