URstyle

Kemenkes: 12.553 Anak di Bawah 14 Tahun Positif HIV

Shelly Lisdya, Selasa, 29 November 2022 18.27 | Waktu baca 3 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Kemenkes: 12.553 Anak di Bawah 14 Tahun Positif HIV
Image: Ilustrasi HIV/AIDS. (Pixabay)

Jakarta - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyebut sebanyak 12.553 anak di bawah usia 14 tahun diketahui positif terinfeksi HIV dalam kurun waktu 2010 sampai September 2022.

“HIV pada anak yang diketahui status HIV-nya di Indonesia ini sebanyak 12.553 anak dengan usia 14 tahun ke bawah. Ini data 2010 sampai September 2022,” kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes, Imran Pambudi, dikutip dari Antara, Selasa (29/11/2022).

Imran mengatakan, berdasarkan data hingga September 2022, sedikitnya 4.764 anak usia 14 tahun ke bawah yang terinfeksi HIV, di antaranya sedang menjalani terapi antiretroviral (ART).

Apabila dilihat berdasarkan jumlahnya, secara dominan kasus HIV yang ditemukan lebih banyak pada anak di bawah usia 4 tahun. 

“Dari 12.553 kasus itu, yang sudah mulai pengobatan baru sekitar 7.800-an. Jadi gapnya cukup tinggi,” kata Imran.

Imran mengatakan bahwa anak laki-laki lebih mendominasi dibandingkan dengan anak perempuan.

Sementara itu, maraknya prostitusi online di kalangan anak-anak dan remaja sangat dikhawatirkan oleh Dokter Spesialis Kulit Kelamin Rumah Sakit Krakatau Medika Banten Santoso Edy Budiono.

“Belum lagi ada pengaruh dari media atau gadget yang terbuka pada sesuatu yang sifatnya pornografi atau pornoaksi,” kata Santoso.

Santoso menuturkan berdasarkan suatu survei, sebanyak 80 persen penduduk Indonesia telah menjadi pengguna dari aplikasi MiChat yang kerap dijadikan ruang untuk melakukan pemasaran prostitusi.

Kemudahan teknologi dan kebebasan untuk mengakses berbagai informasi, dikhawatirkan membuat anak-anak yang tidak memiliki literasi digital yang baik terpapar HIV/AIDS karena mengaksesnya tanpa tahu dampak buruk dari seks bebas.
 
“Ini yang menurut saya harus disadari oleh orang tua pentingnya literasi digital pada anak-anak. Supaya mereka bisa mencegah dan tahu akibat dari pergaulan yang kurang baik,” ujarnya.

Menurutnya, pengetahuan orang tua terkait seks bebas dan HIV/AIDS menjadi hal yang sangat penting untuk melindungi semua anak dan pasangannya di rumah. Sebab, diketahui HIV/AIDS sudah marak ditemukan dalam keluarga Indonesia.

Hal tersebut disebabkan karena adanya perilaku di luar rumah yang tidak baik dan adanya kelompok yang tergolong dalam 4M yang berarti Man, Macho, Mobile with Money. Di mana kelompok ini identik dengan kaum laki-laki yang memiliki pekerjaan jauh dari keluarga.
 
Selain itu, adanya seks bebas yang tidak menggunakan pengaman seperti kondom, turut meningkatkan potensi penularan HIV/AIDS. Terlebih sampai saat ini kondom masih menjadi hal yang dianggap tabu oleh masyarakat.

Sayangnya, hal tersebut belum dapat diubah dalam masyarakat karena terkait dengan perubahan perilaku dalam waktu singkat.

Gaungan untuk mensosialisasikan pentingnya memakai kondom sebagai alat proteksi diri dari penularan infeksi seksual menular juga kian mengecil.

“Di lapangan saya banyak menghadapi tantangan, seakan akan kita menghalalkan sesuatu yang seharusnya tidak boleh dilakukan, padahal kalau pendekatannya bukan dari sana, kalau dari sisi kesehatan kita hanya bisa menganjurkan pemakaian kondom itu maksudnya,” pungkasnya.
 
Sekretaris dan Koordinator Tim Asisten Penanggulangan AIDS Banten itu menuturkan saat ini kesadaran untuk menggunakan kondom semakin mengecil, meskipun peredarannya sudah dibebaskan dijual di berbagai minimarket yang ada.
 
Guna mengatasi permasalahan tersebut, dia berharap agar sosialisasi terkait kondom atau HIV/AIDS mulai digencarkan sejak saat ini di tingkat keluarga sebagai bentuk pencegahan dini dan mencegah penularan di tingkat anak-anak melalui orang tua.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait