URedu

Keren! Mahasiswa ITS Bantu Penyandang Difabel Belajar di Tengah Pandemi

Nivita Saldyni, Selasa, 14 Juli 2020 12.44 | Waktu baca 4 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Keren! Mahasiswa ITS Bantu Penyandang Difabel Belajar di Tengah Pandemi
Image: Aplikasi CLON buata mahasiswa ITS. (dok. Humas ITS)

Surabaya – Mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali berinovasi di tengah pandemi. Kali ini, lima mahasiswa dari Departemen Teknik Infrastruktur Sipil dan Departemen Sistem Informasi membantu para penderita Autism Spectrum Disorder (ASD) dengan menciptakan aplikasi CLON (Claster of Education).

Mereka adalah Hafizh Muhammad Rozaan, Rifqi Nadhif Arrafid, Galih Syifa’ul Ummah, Cahyo Aji Roliono, dan Yohanes Jose Ariawan. Aplikasi CLON buatan mereka ini diklaim sebagai jawaban atas keresahan yang dialami penderita ASD dalam pembelajaran online selama pandemi COVID-19.

"Masih belum ada media pembelajaran online yang disediakan untuk siswa Sekolah Luar Biasa (SLB) dalam mengikuti pembelajaran online di masa pandemi seperti sekarang. Sedang media pembelajaran yang ada sekarang hanya bisa diakses oleh siswa atau mahasiswa normal seperti kita," kata Hafizh Muhammad Rozaan selaku ketua tim dalam rilis resminya.

Keresahan ini membuat kelimanya berinisiatif untuk membuat aplikasi yang bisa memfasilitasi kegiatan belajar mengajar pada siswa SLB dengan metode take and give.

Dengan metode ini diharapkan siswa bisa mengerjakan soal sesuai dengan petunjuk menerapkan perilaku beretika baik di masyarakat yang akan divisualisasikan melalui gambar yang menarik.

"Jadi nantinya akan dipandu, kemudian akan diberikan reward atas prestasi yang sudah dicapai. Hal ini membutuhkan koordinasi dengan orang tua agar pembelajaran berjalan," lanjutnya.

Mahasiswa Departemen Infrastruktur Sipil ITS ini menjelaskan CLON punya empat fitur utama, antara lain Learning Journey, Quiz, Pengembangan Diri, dan Social Experience.

Untuk fitur Learning Journey disediakan pembelajaran harian seperti pengenalan huruf, pengenalan angka, dan pengenalan warna. Di fitur ini, siswa akan mendapat reward berupa poin setelah menyelesaikan tugasnya.

Sementara fitur Quiz hanya bisa dilakukan satu kali sehari. Di sana akan ada soal mengenai pertanyaan kepribadian, dan setelah melakukannya siswa akan mendapatkan reward sebagai apresiasi.

Pada fitur Pengembangan Diri, Hafizh dan tim sengaja membuatnya untuk meningkatkan kemampuan visual siswa.

"Nantinya akan ada banyak persoalan yang menggunakan gambar-gambar menarik, dengan tujuan untuk meningkatkan kepekaan dari otak kiri siswa," kata dia.

Terakhir ada fitur Social Experience yang didesain agar siswa mampu mengimplementasikan sikap-sikap positif kepada lingkungan sekitar. Hal ini menurutnya bisa membantu siswa mengatur emosi yang positif. 

Selain empat fitur utama, CLON juga punya fitur tambahan berupa Report untuk mengirimkan grafik perkembangan siswa ke pendamping. Dengan grafik ini, pendamping bisa menilai kemajuan setiap siswanya. 

Hafizh menambahkan, aplikasi CLON juga menerapkan machine learning untuk mengklasifikasikan tingkat kecerdasan siswa didik berdasarkan hasil uji pada empat fitur utama ke sebuah database. Sehingga soal yang akan dihadapi akan menyesuaikan tingkat kemampuan IQ setiap siswa. Keren kan!

"Jadi semakin baik siswa tersebut mengerjakan soal, maka akan semakin sulit soal yang diberikan pada hari selanjutnya, begitu juga sebaliknya," jelas Hafizh.

Ia pun mengklaim aplikasi CLON ini adalah yang pertama dan belum ada pesaingnya. 

"Sampai saat ini belum ada aplikasi e-learning yang dikhususkan bagi para penderita ASD, termasuk di dalamnya Tunalaras dan Tunagrahita yang bersekolah di SLB," katanya.

Meski begitu, aplikasi yang rampung hanya dalam sepuluh hari ini berhasil menyabet Gold Medal pada ajang International Online Competition Inventions vs Corona yang diselenggarakan oleh International Federation of Inventors’ Association (IFIA) untuk tema Invention Contest for the Benefit of Humanity Against COVID-19.

Jangan heran ya karena tim yang beranggotakan lima orang ini merupakan orang-orang yang berpengalaman dalam perlombaan Internasional dan ahli mendesain dan membuat prototype.

Kemenangan ini merupakan kelanjutan dari lomba esai yang diikuti sekaligus dimenangkan oleh Hafizh dalam rangka Hari Pendidikan Nasional yang diselenggarakan oleh Indonesian Invention and Innovation Promotion Association (Innopa).

"Dari situ saya dikirim ke ajang internasional ini dengan biaya dari Innopa," imbuhnya.

Dalam ajang ini, Hafizh dan tim berhasil menyingkirkan 202 pesaing lain dari 35 negara di dunia yang juga turut serta. Dari Indonesia, zelain tim ITS ada juga tim dari Universitas Gajah Mada dan Universitas Jenderal Achmad Yani guys.

Ia pun berharap, keberhasilan inovasinya yang telah diakui dunia ini bisa dikembangkan dan diwujudkan secara nyata. Ia pun ingin aplikasinya bisa membantu anak-anak berkebutuhan khusus dalam mendapatkan pembelajaran secara online selayaknya siswa pada umumnya. 

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait