URstyle

Ketika Alumni MasterChef Indonesia Ditantang Hidangkan Kuliner Masyarakat Adat...

Fitri Nursaniyah, Selasa, 6 September 2022 16.39 | Waktu baca 3 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Ketika Alumni MasterChef Indonesia Ditantang Hidangkan Kuliner Masyarakat Adat...
Image: Istimewa

Jakarta - Tiga alumni MasterChef Indonesia (MCI) yakni La Ode MCI musim 8, Fifin Liefang MCI musim 6, dan Jordhi Aldyan Latif MCI musim 6, berkesempatan memasak ulang makanan masyarakat adat.

Perlu diketahui, kuliner masyarakat adat terbagi dalam dua kategori yaitu masakan yang biasanya disajikan ketika ritual atau upacara adat seperti pernikahan, dan masakan biasa yang dikonsumsi sehari-hari. Penyajian dan pembuatan kuliner masyarakat adat pun berbeda tergantung kategorinya. Kalau untuk ritual dan upacara adat tentu prosesnya lebih rumit dan selektif dalam pemilihan bahan.

Aliansi Masyarakat Adat (AMAN) menantang tiga alumnus MCI dari musim 6 dan 8 itu membuat menu kuliner masyarakat adat dari berbagai daerah. La Ode memasak manok pansoh dari Kalimantan Barat, Fifin Liefang memasak uta kelo dari Sulawesi Tengah, dan Jordhi Aldyan Latif memasak rumpu rampe dari Nusa Tenggara Timur.

Dimulai dari Jordhi yang memasak rumpu rampe, chef jebolan MCI musim 6 ini bertanya langsung pada seorang teman asal Maumere sebelum membuat kuliner masyarakat adat ini.

"Dia bercerita, tidak perlu ada acara khusus untuk memasak rumpu rampe. Banyak masyarakat di sana yang bekerja sebagai petani. Mereka biasa memetik hasil kebun sendiri untuk dibuat menjadi satu hidangan. Jadi, setiap orang bisa makan rumpu rampe," ucapnya dalam press release yang diterima Urbanasia, Selasa (6/9/2022).

Bahan yang diperlukan untuk membuat rumpu rampe tidak sulit. Hanya perlu daun pepaya, bunga pepaya, jantung pisang, daun ubi, atau daun singkok yang bisa dipetik langsung dari kebun. Cara buatnya pun gampang, tinggal rebus semua bahan lalu diberi bumbu.

Kata Jordhi, cita rasa rumpu rampe sangat kaya dan bisa memanjakan lidah orang Indonesia. Ada rasa pahit, asin, manis, dan pedas.

"Bumbunya juga hanya garam, bawang merah, bawang putih, dan cabai yang dihaluskan, lalu ditumis dengan daun jeruk. Rasanya sedap banget. Apalagi, aku memang suka sayuran,” tuturnya.

Memasak rumpu rampe agar tricky, kata Jordhi, sebab daun dan bunga pepaya yang jadi bahan utama memiliki rasa pahit. Tapi alih-alih menghilangkan rasa pahitnya, dia hanya mengurangi getahnya dengan garam.

Selanjutnya, ada Fifin yang ditantang membuat uta kelo khas Sulawesi Tengah. Kata Fifin, makanan ini mirip lodeh. Bahan-bahannya mudah ditemukan dan harganya pun murah.

"Makanan sehari-hari ini mirip dengan lodeh, tapi bahannya unik. Sama-sama pakai terong dan santan, tapi uniknya uta kelo juga menggunakan daun kelor dan pisang mentah," ucapnya.

Meski penampakannya mirip lodeh, uta kelo dibuat dengan bumbu yang sederhana yakni bawang merah dan cabai rawit saja. Adapun cita rasa manis dari uta kelo didapatkan dari daun kelor.

Terakhir, La Ode ditantang membuat manok pansoh dari Kalimantan Barat. Makanan ini sangat unik karena dimasak dengan bambu. Jika tidak dimasak dengan bambu, maka namanya bukan manok pasok. Bambu ini akan menghasilkan aroma bakar khas yang tak tergantikan.

Kata La Ode, proses pembuatan manok pansoh yang cukup panjang membuat dirinya lebih menghargai sebuah masakan.

"Ketika prosesnya sudah berhasil dilalui, hingga kemudian makanannya matang, nikmatnya jadi dua kali lipat. Rasanya mewah sekali," ujarnya.

Tantangan memasak kuliner masyarakat adat ini membuat para alumnus MCI mengatakan bahwa kuliner ini harus tetap ada meski tidak disajikan di ritual tertentu, agar makanan ini menjadi populer layaknya rendang.

Sebagai informasi, acara masak-masak kuliner masyarakat adat ini diselenggarakan oleh AMAN sebagai bentuk dukungan terhadap kuliner masyarakat adat.

“Mereka berpikir bahwa makanan sehari-hari mereka terlalu sederhana untuk disajikan bagi tamu yang datang dari kota. Ketika kami mengadakan acara di kampung mereka, mereka berusaha keras untuk memasak makanan modern bagi kami. Padahal, kuliner Masyarakat Adat merupakan pengetahuan berharga yang perlu dilestarikan. Karena itu, AMAN berusaha memastikan mereka tetap memasak makanan yang biasa dimasak di komunitas adat, sehingga mereka merasa dihargai," ungkap Silvy Motoh dari Aliansi Masyarakat Adat (AMAN).

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait