URnews

Khofifah Minta Pemda di Selatan Jatim Perkuat Mitigasi Gempa dan Tsunami

Nivita Saldyni, Minggu, 19 Desember 2021 11.33 | Waktu baca 3 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Khofifah Minta Pemda di Selatan Jatim Perkuat Mitigasi Gempa dan Tsunami
Image: Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa meninjau lokasi terdampak gempa 5,1 SR Jember, Sabtu (18/12/2021). Sumber: Humas Pemprov Jatim.

Jember - Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa meminta seluruh pemerintah daerah di sepanjang selatan Jawa Timur memperkuat mitigasi bencana gempa bumi dan tsunami. Hal ini menyusul catatan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) yang menunjukkan adanya peningkatan aktivitas kegempaan di wilayah tersebut dalam kurun waktu lima tahun terakhir.

Catatan BMKG menunjukkan sepanjang 2016 - 2020 jumlah gempa bumi di Jatim dengan beragam magnitudo meningkat dibanding tahun 2013-2015. Selama 2013-2015, gempa di Jatim terjadi kurang dari 230 kali per tahun. Namun pada 2016 - 2020, jumlah menjadi lebih dari 450 kali setahun dengan frekuensi tertinggi 655 kali yaitu pada 2016. Untuk itu, Khofifah meminta pemda, khususnya di sepanjang selatan Jatim untuk bersiap diri.

"Kepada kepala daerah mohon untuk segera melakukan audit kelayakan konstruksi bangunan dan infrastruktur, penyiapan jalur dan sarana prasarana evakuasi yang layak dan memadai," kata Khofifah saat meninjau lokasi terdampak gempa 5,1 SR di Jember pada Sabtu (18/12/2021).

Menurutnya, penguatan mitigasi harus dilakukan untuk meminimalisir dampak yang terjadi jika sewaktu-waktu gempa bumi dan tsunami menghamtam wilayah selatan Jatim. Untuk itu ia meminta pemda segera membuat rencana aksi dengan berbagai skenario, dari yang ringan hingga antisipasi terburuk. 

Adapun rencana aksi tersebut, kata Khofifah, harus mencakup jalur evakuasi, proses evakuasi dan pola penanganan pengungsi jika bencana terjadi. Menurutnya hal ini juga harus diikuti dengan penguatan literasi bencana di masyarakat.

"Masyarakat ini harus mengerti kalau memang suatu daerah berpotensi untuk tsunami, gempa sebenarnya  sudah menjadi early warning system. Maka sosialisasi tentang mitigasi bencana harus ditingkatkan karena masyarakat harus bisa melakukan evakuasi mandiri," katanya. 

"Karena gak akan nutut, kalau mengikuti ritme dan menunggu relawan datang. Sebab, kemungkinan jarak dari gempa ke tsunami biasanya hanya 20 menit saja," sambung Khofifah. 

Sebelumnya, gempa berkekuatan 5,1 SR yang berpusat pada lintang 8.55 LS, bujur 113.49 BT dengan kedalaman 10 km terjadi pada Kamis (16/12) pukul 06:01:33 WIB.

Gempa tersebut dirasakan di Kabupaten Jember dengan intensitas IV MMI, Kabupaten Banyuwangi dengan intensitas II-III MMI, Kabupaten Malang dengan intensitas II MMI, Kabupaten Lumajang dengan intensitas I-II MMI, Kabupaten Bondowoso dengan intensitas I-II MMI, serta Kabupaten Trenggalek yang berintensitas I-II MMI. Namun BMKG memastikan bahwa gempa tak berpotensi menimbulkan tsunami. 

Akibat gempa tersebut, BPBD setempat mencatat sedikitnya terdapat 46 unit rumah mengalami kerusakan. Dari jumlah itu, 34 unit di antaranya mengalami rusak ringan, 11 unit mengalami rusak sedang, dan satu unit mengalami rusak berat. Sementara itu lima unit fasilitas umum berupa empat sekolah dan satu gedung juga terdampak gempa tersebut. 

Gempa juga menyebabkan enam warga  mengalami luka ringan. Mereka adalah Siti Ulfia (30 tahun), Tari (75 tahun), Abd. Rosid (-), Endang Susilowati (19 tahun), Solikin Hermanto (52 tahun),dan Dewi Maratus S. (13 tahun). 

Khofifah pun memastikan pihaknya akan segera melakukan perbaikan rumah dan fasilitas umum yang terdampak gempa. Namun data total perbaikan pada rumah rusak berat dan rusak sedang masig dikoordinasikan lebih lanjut untuk dapat dicover BNPB, ataupun bisa dari BPBD kabupaten dan BPBD provinsi. 

"Perbaikan as soon as possible ada tingkat urgensi terutama untuk warga yang kondisi rumahnya mengkhawatirkan jikalau ada gempa susulan atau ada angin khawatir genteng jatuh," pungkasnya.

 

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait